KLAIM DITEMUKAN KAPAL NABI NUH
Ilustrasi Kapal Nabi Nuh
“Dan difirmankan, ‘Hai bumi, telanlah airmu, dan hai (hujan), berhentilah.’ Dan air pun disurutkan, perintah pun ditunaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Bukit Judi, dan dikatakan, ‘Binasalah orang-orang yang zhalim’.” – QS Hud (11): 44.
Para pengikut agama samawi, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam, sepakat, pernah terjadi banjir besar melanda dunia pada zaman Nabi Nuh AS. Peristiwa itu terjadi karena begitu banyaknya orang-orang zhalim di dunia, dan bahkan anak dan istri Nabi Nuh sendiri ikut kelompok orang-orang zhalim itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh Nabi Nuh membuat bahtera atau kapal yang gunanya untuk memuat orang-orang yang shalih dan berbagai binatang yang ada pada waktu itu. Secara tidak terduga, muncul air dari bumi dan hujan deras dari langit membanjiri bumi, dan Nabi Nuh dengan orang-orang shalih serta berbagai binatang yang ada naik kapal penyelamat itu, sedang orang-orang yang zhalim, termasuk anak Nabi Nuh, ikut tenggelam di dalam banjir besar itu.Akhirnya, Allah SWT memerintahkan bumi untuk menelan kembali airnya serta hujan untuk berhenti, sehingga bumi kembali kering seperti semula, dan kapal Nabi Nuh berlabuh di atas Bukit Judi, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, “Dan difirmankan, ‘Hai bumi, telanlah airmu, dan hai (hujan), berhentilah.’ Dan air pun disurutkan, perintah pun ditunaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Bukit Judi, dan dikatakan, ‘Binasalah orang-orang yang zhalim’.” QS Hud (11): 44.
Orang-orang yang shalih selamat, dan orang-orang yang zhalim musnah. Selain orang-orang shalih, yang terselamatkan adalah binatang-binatang yang ikut terangkut dalam kapal penyelamat tersebut
AGAMA-AGAMA SAMAWI MENYIKAPI BAHTERA NABI NUH
Adapun tentang bahtera Nabi Nuh as ini sesungguhnya Allah swt telah meninggalkannya sebagai salah satu dari tanda kebesaran-Nya dan agar orang-orang yang datang setelahnya dapat mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh Nuh dan orang-orang yang bersamanya yang kemudian diselamatkan dengan bahtera itu sementara orang-orang yang kafir terhadapnya ditenggelamkaan oleh Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Dan
Sesungguhnya telah kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, Maka Adakah orang
yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku.” (QS. Al Qomar : 15 – 16)
Sedangkan
keberadaan bahteranya setelah Allah swt menyelamatkannya serta orang-orang yang
bersamanya juga telah disebutkan didalam firman-Nya :
Artinya : “Dan
difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan Hai langit (hujan) berhentilah,” dan
airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas
bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim .” (QS. Huud : 44)
Di manakah Bukit Judi?
Nabi Nuh AS Yang diutus Allah SWT untuk mengajak
kaumnya menyembah Allah, namun hanya mendapatkan pengikut sebanyak 70
orang dengan delapan anggota keluarganya. Akhirnya beliau memohon pada
Allah agar memberi pelajaran pada kaumnya yang suka membangkang dan
doanya terkabul. Seperti yang tertulis di QS Al Mu’minun: 27;
“Bersiaplah Engkau (Nabi Nuh) dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan
terlihat tanda-tanda dari-Ku, maka segeralah angkut bersamamu di dalam
kapalmu dan kerabatmu, dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk
yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan seizin-Ku.”
Benarlah,
hujan turun tiada henti yang menenggelamkan umat Nabi Nuh AS, kecuali beberapa
orang yang telah diselamatkan di dalam kapal bersama pasangan-pasangan makhluk
yang ada di bumi. Mukjizat Allah ini telah dikabarkan oleh tiga agama besar,
Islam, Kristen dan Yahudi selama ribuan tahun. Namun tidak ada yang tahu
keberadaan kapal tersebut. Hanya sebuah pesan tertulis di QS Huud:44;”Dan
difirmankan, “Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah.”
Air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera berlabuh di atas
bukit Judi, dan dikatakan, “kebinasaan bagi kaum yang zalim.” Tapi tidak ada
yang tahu dimana bukit Judi terletak. Yang pasti al-Judy berarti bukit yang
tinggi.
Wilayah Armenia
Di dalam
Al-Qur’an dan terjemahan Departemen Agama, disebutkan bahwa Bukit Judi terletak
di Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan Mesopotamia. Namun kaum Nasrani mempunyai petunjuk lain.
Kitab Injil mengatakan, kapal Nabi Nuh kandas di Pegunungan Ararat (Kejadian
8: 4). Ararat, menurut literatur Nasrani, mungkin menerangkan suatu daerah
(kerajaan kuno Urartu) dan bukan puncak gunung secara khusus. Setelah Nabi Nuh
dan keluarganya meninggalkan kapal di atas gunung, kapal tersebut tidak pernah
disebut-sebut lagi dalam kitab suci. Kemudian penulis-penulis kitab suci tidak
pernah menyatakan mereka tahu bahwa kapal tersebut masih dapat
dilihat.Pegunungan yang disebut Ararat sekarang lebih tampak seperti daerah pegunungan
dengan dua puncak
Yang
menarik, ada banyak laporan sepanjang sejarah mengenai perahu besar di
pegunungan di daerah ini. Keterangan yang paling awal (bermula pada abad ke-3
SM) menyatakan, sudah diketahui secara umum bahwa kapal Nabi Nuh
itu masih dapat dilihat di Pegunungan Ararat
tentang kebenaran klaim bahwa bukit judy berasal dari Armenia ini disanggah bahwa bukit judy berada di Yaman dengan argumen diantaranya
1. Bahwa tidak pernah terjadi air bah di daerah Asia Tengah yang menjadikan
bahtera Nuh berada di Armenia sebagaima disebutkan berbagai sumber sejarah dan
hasil dari penelitian orang-orang Amerika di Laut Mati dan daerah-daerah
sekitarnya pada tahun 2005.
2. Dan disebutkan didalam beberapa sumber sejarah bahwa asal muasal kaum Nuh
adalah Bani Rasib yang merupakan asal-muasal dari orang-orang Yaman yang
kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jazirah Arab.
3. Keberadaan gunung yang disebut dengan Tanur—yang disebutkan didalam Al
Qur’an—berada di kota Hamdan propinsi Shan’a.
4. Dan sesungguhnya kuburan Nabi Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun
didaerah Nahm. Hal ini dibuktikan dengan nama kota itu adalah Nahm yang juga
nama dari Nabi Nuh as, Nuh adalah Nahm, sebagaimana disebutkan didalam Taurat.
5. Kota Shan’a dahulunya juga bernama kota Saam bin Nuh as.
Sementara itu Imam Ath Thobari mengatakan dari Ishaq bahwa bahtera itu
berada di air selama satu tahun, melewati baitullah dan melakukan perputaran
(thawaf) sebanyak tujuh kali lalu Allah mengangkatnya agar tidak tenggelam
kemudian menuju Yaman dan kembali lagi ke Judi dan berlabuh di sana.
Sedangkan Al Qurthubi dan juga Al Baghowi didalam tafsirnya masing-masing
menjelaskan bahwa bukit judi berada didaerah jazirah dekat al Maushul.
Didalam al Bidayah wa an Nihayah, Ibnu Katsir
menjelaskan bahwa bukit Judi adalah bukit besar yang berada disebelah timur
Jazirah Ibnu Umar hingga ke sungai Dajlah, berada dipinggiran al Maushul,
(panjang bukit itu) dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari perjalanan
dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan. Ia adalah bukit
yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu) yang disampingnya
terdapat sebuah desa yang bernama desa ats tsamanin sebagai tempat tinggal
orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang berada didalam bahtera itu.
Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang
ahli tafsir yang menyebutkannya.
ada klaim lain terbaru,
Kemarin, 26 April 2010 mereka
mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim
menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung
Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur. Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk
ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan
klaim mereka.
Menurut para peneliti, specimen yang
mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang
digambarkan dalam sejarah. Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu
telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah. “Kami belum yakin 100
persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen,” kata
salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing,
seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010. Grup yang
beranggotakan 15 orang dari Hong Kong dan Turki hadir dalam konferensi pers
yang diadakan Senin 26 April 2010 lalu. Kepada media yang hadir saat itu,
mereka juga memamerkan specimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, berupa
tambang, paku, dan pecahan kayu.
Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan
untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan
untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah —
begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga
keamanan hewan-hewan. Penemuan besar ini jadi amunisi untuk mendorong
pemerintah Turki mendaftarkan situs ini ke UNESCO — agar lembaga PBB itu
ikut menjaga kelestarian perahu Nuh. Awalnya, direncanakan para
arkeolog akan menggali perahu itu dan memisahkannya dari gunung. Namun,
hal tersebut tak mungkin dilakukan, meski nilai sejarah penemuan ini
sangat tinggi. Diyakini, ketika air surut, perahu Nuh berada di atas
Gunung. Meski tiga agama besar mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada
penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan
misinya
Sejak lama penduduk lokal Turki yang tinggal di pegunungan maupun
kota-kota lain percaya bahwa perahu Nabi Nuh berada di Gunung Ararat.
Apalagi, pilot pesawat temput Turki dalam sebuah misi pemetaan NATO,
mengaku melihat benda besar seperti perahu di Dogubayazit, Turki. Pada
2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang
diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju. Beberapa ahli
lain berpendapat bahwa sisa-sisa perahu Nuh menjadi bagian dari
pemukiman manusia — yang selamat dari bencana banjir bah.
Wallohu A`lam Bishowab
Disarikan dalam berbagai sumber/Editor :Grando
Nabi Nuh AS Yang diutus Allah SWT untuk mengajak kaumnya menyembah Allah, namun hanya mendapatkan pengikut sebanyak 70 orang dengan delapan anggota keluarganya. Akhirnya beliau memohon pada Allah agar memberi pelajaran pada kaumnya yang suka membangkang dan doanya terkabul. Seperti yang tertulis di QS Al Mu’minun: 27; “Bersiaplah Engkau (Nabi Nuh) dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda dari-Ku, maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu, dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan seizin-Ku.”
Benarlah, hujan turun tiada henti yang menenggelamkan umat Nabi Nuh AS, kecuali beberapa orang yang telah diselamatkan di dalam kapal bersama pasangan-pasangan makhluk yang ada di bumi. Mukjizat Allah ini telah dikabarkan oleh tiga agama besar, Islam, Kristen dan Yahudi selama ribuan tahun. Namun tidak ada yang tahu keberadaan kapal tersebut. Hanya sebuah pesan tertulis di QS Huud:44;”Dan difirmankan, “Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah.” Air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan, “kebinasaan bagi kaum yang zalim.” Tapi tidak ada yang tahu dimana bukit Judi terletak. Yang pasti al-Judy berarti bukit yang tinggi.
Wilayah Armenia |
Di dalam
Al-Qur’an dan terjemahan Departemen Agama, disebutkan bahwa Bukit Judi terletak
di Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan Mesopotamia. Namun kaum Nasrani mempunyai petunjuk lain.
Kitab Injil mengatakan, kapal Nabi Nuh kandas di Pegunungan Ararat (Kejadian
8: 4). Ararat, menurut literatur Nasrani, mungkin menerangkan suatu daerah
(kerajaan kuno Urartu) dan bukan puncak gunung secara khusus. Setelah Nabi Nuh
dan keluarganya meninggalkan kapal di atas gunung, kapal tersebut tidak pernah
disebut-sebut lagi dalam kitab suci. Kemudian penulis-penulis kitab suci tidak
pernah menyatakan mereka tahu bahwa kapal tersebut masih dapat
dilihat.Pegunungan yang disebut Ararat sekarang lebih tampak seperti daerah pegunungan
dengan dua puncak
Yang
menarik, ada banyak laporan sepanjang sejarah mengenai perahu besar di
pegunungan di daerah ini. Keterangan yang paling awal (bermula pada abad ke-3
SM) menyatakan, sudah diketahui secara umum bahwa kapal Nabi Nuh
itu masih dapat dilihat di Pegunungan Ararat
tentang kebenaran klaim bahwa bukit judy berasal dari Armenia ini disanggah bahwa bukit judy berada di Yaman dengan argumen diantaranya
tentang kebenaran klaim bahwa bukit judy berasal dari Armenia ini disanggah bahwa bukit judy berada di Yaman dengan argumen diantaranya
1. Bahwa tidak pernah terjadi air bah di daerah Asia Tengah yang menjadikan
bahtera Nuh berada di Armenia sebagaima disebutkan berbagai sumber sejarah dan
hasil dari penelitian orang-orang Amerika di Laut Mati dan daerah-daerah
sekitarnya pada tahun 2005.
2. Dan disebutkan didalam beberapa sumber sejarah bahwa asal muasal kaum Nuh adalah Bani Rasib yang merupakan asal-muasal dari orang-orang Yaman yang kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jazirah Arab.
3. Keberadaan gunung yang disebut dengan Tanur—yang disebutkan didalam Al Qur’an—berada di kota Hamdan propinsi Shan’a.
4. Dan sesungguhnya kuburan Nabi Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm. Hal ini dibuktikan dengan nama kota itu adalah Nahm yang juga nama dari Nabi Nuh as, Nuh adalah Nahm, sebagaimana disebutkan didalam Taurat.
5. Kota Shan’a dahulunya juga bernama kota Saam bin Nuh as.
Sementara itu Imam Ath Thobari mengatakan dari Ishaq bahwa bahtera itu berada di air selama satu tahun, melewati baitullah dan melakukan perputaran (thawaf) sebanyak tujuh kali lalu Allah mengangkatnya agar tidak tenggelam kemudian menuju Yaman dan kembali lagi ke Judi dan berlabuh di sana.
Sedangkan Al Qurthubi dan juga Al Baghowi didalam tafsirnya masing-masing menjelaskan bahwa bukit judi berada didaerah jazirah dekat al Maushul.
Didalam al Bidayah wa an Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bukit Judi adalah bukit besar yang berada disebelah timur Jazirah Ibnu Umar hingga ke sungai Dajlah, berada dipinggiran al Maushul, (panjang bukit itu) dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari perjalanan dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan. Ia adalah bukit yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu) yang disampingnya terdapat sebuah desa yang bernama desa ats tsamanin sebagai tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang berada didalam bahtera itu. Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang ahli tafsir yang menyebutkannya.
2. Dan disebutkan didalam beberapa sumber sejarah bahwa asal muasal kaum Nuh adalah Bani Rasib yang merupakan asal-muasal dari orang-orang Yaman yang kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jazirah Arab.
3. Keberadaan gunung yang disebut dengan Tanur—yang disebutkan didalam Al Qur’an—berada di kota Hamdan propinsi Shan’a.
4. Dan sesungguhnya kuburan Nabi Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm. Hal ini dibuktikan dengan nama kota itu adalah Nahm yang juga nama dari Nabi Nuh as, Nuh adalah Nahm, sebagaimana disebutkan didalam Taurat.
5. Kota Shan’a dahulunya juga bernama kota Saam bin Nuh as.
Sementara itu Imam Ath Thobari mengatakan dari Ishaq bahwa bahtera itu berada di air selama satu tahun, melewati baitullah dan melakukan perputaran (thawaf) sebanyak tujuh kali lalu Allah mengangkatnya agar tidak tenggelam kemudian menuju Yaman dan kembali lagi ke Judi dan berlabuh di sana.
Sedangkan Al Qurthubi dan juga Al Baghowi didalam tafsirnya masing-masing menjelaskan bahwa bukit judi berada didaerah jazirah dekat al Maushul.
Didalam al Bidayah wa an Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bukit Judi adalah bukit besar yang berada disebelah timur Jazirah Ibnu Umar hingga ke sungai Dajlah, berada dipinggiran al Maushul, (panjang bukit itu) dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari perjalanan dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan. Ia adalah bukit yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu) yang disampingnya terdapat sebuah desa yang bernama desa ats tsamanin sebagai tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang berada didalam bahtera itu. Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang ahli tafsir yang menyebutkannya.
ada klaim lain terbaru,
Kemarin, 26 April 2010 mereka
mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim
menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung
Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur. Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk
ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan
klaim mereka.
Menurut para peneliti, specimen yang
mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang
digambarkan dalam sejarah. Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu
telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah. “Kami belum yakin 100
persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen,” kata
salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing,
seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010. Grup yang
beranggotakan 15 orang dari Hong Kong dan Turki hadir dalam konferensi pers
yang diadakan Senin 26 April 2010 lalu. Kepada media yang hadir saat itu,
mereka juga memamerkan specimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, berupa
tambang, paku, dan pecahan kayu.
Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan
untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan
untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah —
begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga
keamanan hewan-hewan. Penemuan besar ini jadi amunisi untuk mendorong
pemerintah Turki mendaftarkan situs ini ke UNESCO — agar lembaga PBB itu
ikut menjaga kelestarian perahu Nuh. Awalnya, direncanakan para
arkeolog akan menggali perahu itu dan memisahkannya dari gunung. Namun,
hal tersebut tak mungkin dilakukan, meski nilai sejarah penemuan ini
sangat tinggi. Diyakini, ketika air surut, perahu Nuh berada di atas
Gunung. Meski tiga agama besar mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada
penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan
misinya
Sejak lama penduduk lokal Turki yang tinggal di pegunungan maupun
kota-kota lain percaya bahwa perahu Nabi Nuh berada di Gunung Ararat.
Apalagi, pilot pesawat temput Turki dalam sebuah misi pemetaan NATO,
mengaku melihat benda besar seperti perahu di Dogubayazit, Turki. Pada
2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang
diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju. Beberapa ahli
lain berpendapat bahwa sisa-sisa perahu Nuh menjadi bagian dari
pemukiman manusia — yang selamat dari bencana banjir bah.
Wallohu A`lam Bishowab
Disarikan dalam berbagai sumber/Editor :Grando
Tidak ada komentar:
Posting Komentar