Kamis, 16 Mei 2013

 

 

KLAIM DITEMUKAN KAPAL NABI NUH

 

Ilustrasi Kapal Nabi Nuh

Dan difirmankan, ‘Hai bumi, telanlah airmu, dan hai (hujan), berhentilah.’ Dan air pun disurutkan, perintah pun ditunaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Bukit Judi, dan dikatakan, ‘Binasalah orang-orang yang zhalim’.” – QS Hud (11): 44.

Para pengikut agama samawi, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam, sepakat, pernah terjadi banjir besar melanda dunia pada zaman Nabi Nuh AS. Peris­tiwa itu terjadi karena begitu banyaknya orang-orang zhalim di dunia, dan bahkan anak dan istri Nabi Nuh sendiri ikut ke­lompok orang-orang zhalim itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyu­ruh Nabi Nuh membuat bahtera atau ka­pal yang gunanya untuk memuat orang-orang yang shalih dan berbagai binatang yang ada pada waktu itu. Secara tidak terduga, muncul air dari bumi dan hujan deras dari langit mem­ban­jiri bumi, dan Nabi Nuh dengan orang-orang shalih serta berbagai bina­tang yang ada naik kapal penyelamat itu, sedang orang-orang yang zhalim, ter­masuk anak Nabi Nuh, ikut tenggelam di dalam banjir besar itu.
  
Akhirnya, Allah SWT memerintahkan bumi untuk menelan kembali airnya ser­ta hujan untuk berhenti, sehingga bumi kembali kering seperti semula, dan kapal Nabi Nuh berlabuh di atas Bukit Judi, se­bagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, “Dan difirmankan, ‘Hai bumi, te­lan­lah airmu, dan hai (hujan), berhenti­lah.’ Dan air pun disurutkan, perintah pun ditunaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Bukit Judi, dan dikatakan, ‘Bina­sa­lah orang-orang yang zhalim’.” QS Hud (11): 44.
  
Orang-orang yang shalih selamat, dan orang-orang yang zhalim musnah. Selain orang-orang shalih, yang tersela­matkan adalah binatang-binatang yang ikut terangkut dalam kapal penyelamat tersebut



AGAMA-AGAMA SAMAWI MENYIKAPI BAHTERA NABI NUH



Adapun tentang bahtera Nabi Nuh as ini sesungguhnya Allah swt telah meninggalkannya sebagai salah satu dari tanda kebesaran-Nya dan agar orang-orang yang datang setelahnya dapat mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh Nuh dan orang-orang yang bersamanya yang kemudian diselamatkan dengan bahtera itu sementara orang-orang yang kafir terhadapnya ditenggelamkaan oleh Allah swt, sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Dan Sesungguhnya telah kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, Maka Adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS. Al Qomar : 15 – 16)
Sedangkan keberadaan bahteranya setelah Allah swt menyelamatkannya serta orang-orang yang bersamanya juga telah disebutkan didalam firman-Nya :
Artinya : “Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan Hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim .” (QS. Huud : 44)
Di manakah Bukit Judi?




 
 
Nabi Nuh AS Yang diutus Allah SWT untuk mengajak kaumnya menyembah Allah, namun hanya mendapatkan pengikut sebanyak 70 orang dengan delapan anggota keluarganya. Akhirnya beliau memohon pada Allah agar memberi pelajaran pada kaumnya yang suka membangkang dan doanya terkabul. Seperti yang tertulis di QS Al Mu’minun: 27; “Bersiaplah Engkau (Nabi Nuh) dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda dari-Ku, maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu, dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan seizin-Ku.”
Benarlah, hujan turun tiada henti yang menenggelamkan umat Nabi Nuh AS, kecuali beberapa orang yang telah diselamatkan di dalam kapal bersama pasangan-pasangan makhluk yang ada di bumi. Mukjizat Allah ini telah dikabarkan oleh tiga agama besar, Islam, Kristen dan Yahudi selama ribuan tahun. Namun tidak ada yang tahu keberadaan kapal tersebut. Hanya sebuah pesan tertulis di QS Huud:44;”Dan difirmankan, “Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah.” Air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan, “kebinasaan bagi kaum yang zalim.” Tapi tidak ada yang tahu dimana bukit Judi terletak. Yang pasti al-Judy berarti bukit yang tinggi.



Wilayah Armenia


Di dalam Al-Qur’an dan terjemahan Departemen Agama, disebutkan bahwa Bukit Judi terletak di Armenia sebelah selatan, ber­batasan dengan Mesopotamia. Namun kaum Nasrani mempunyai pe­tunjuk lain. Kitab Injil mengatakan, ka­pal Nabi Nuh kandas di Pegunungan Ararat (Kejadian 8: 4). Ararat, menurut literatur Nasrani, mungkin menerangkan suatu daerah (kerajaan kuno Urartu) dan bukan puncak gunung secara khusus. Setelah Nabi Nuh dan keluarganya me­ninggalkan kapal di atas gunung, kapal tersebut tidak pernah disebut-sebut lagi dalam kitab suci. Kemudian penulis-pe­nulis kitab suci tidak pernah menyatakan mereka tahu bahwa kapal tersebut ma­sih dapat dilihat.Pegunungan yang disebut Ararat se­karang lebih tampak seperti daerah pe­gunungan dengan dua puncak





Yang menarik, ada banyak laporan se­panjang sejarah mengenai perahu be­sar di  pegunungan di daerah ini. Kete­rangan yang paling awal (bermula pada abad ke-3 SM) menyatakan, sudah di­ketahui secara umum bahwa kapal Nabi Nuh  itu  masih dapat dilihat di Pegunung­an Ararat


tentang kebenaran klaim bahwa bukit judy berasal dari Armenia ini disanggah bahwa bukit judy berada di Yaman dengan argumen diantaranya 
 
1. Bahwa tidak pernah terjadi air bah di daerah Asia Tengah yang menjadikan bahtera Nuh berada di Armenia sebagaima disebutkan berbagai sumber sejarah dan hasil dari penelitian orang-orang Amerika di Laut Mati dan daerah-daerah sekitarnya pada tahun 2005.
2. Dan disebutkan didalam beberapa sumber sejarah bahwa asal muasal kaum Nuh adalah Bani Rasib yang merupakan asal-muasal dari orang-orang Yaman yang kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jazirah Arab.
3. Keberadaan gunung yang disebut dengan Tanur—yang disebutkan didalam Al Qur’an—berada di kota Hamdan propinsi Shan’a.
4. Dan sesungguhnya kuburan Nabi Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm. Hal ini dibuktikan dengan nama kota itu adalah Nahm yang juga nama dari Nabi Nuh as, Nuh adalah Nahm, sebagaimana disebutkan didalam Taurat.
5. Kota Shan’a dahulunya juga bernama kota Saam bin Nuh as.
Sementara itu Imam Ath Thobari mengatakan dari Ishaq bahwa bahtera itu berada di air selama satu tahun, melewati baitullah dan melakukan perputaran (thawaf) sebanyak tujuh kali lalu Allah mengangkatnya agar tidak tenggelam kemudian menuju Yaman dan kembali lagi ke Judi dan berlabuh di sana.
Sedangkan Al Qurthubi dan juga Al Baghowi didalam tafsirnya masing-masing menjelaskan bahwa bukit judi berada didaerah jazirah dekat al Maushul.
Didalam al Bidayah wa an Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bukit Judi adalah bukit besar yang berada disebelah timur Jazirah Ibnu Umar hingga ke sungai Dajlah, berada dipinggiran al Maushul, (panjang bukit itu) dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari perjalanan dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan. Ia adalah bukit yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu) yang disampingnya terdapat sebuah desa yang bernama desa ats tsamanin sebagai tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang berada didalam bahtera itu. Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang ahli tafsir yang menyebutkannya.
 
ada klaim lain terbaru,
Kemarin, 26 April 2010 mereka mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur. Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan klaim mereka.
Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah. Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah. “Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen,” kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010. Grup yang beranggotakan 15 orang dari Hong Kong dan Turki hadir dalam konferensi pers yang diadakan Senin 26 April 2010 lalu. Kepada media yang hadir saat itu, mereka juga memamerkan specimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, berupa tambang, paku, dan pecahan kayu. 
Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah — begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga keamanan hewan-hewan. Penemuan besar ini jadi amunisi untuk mendorong pemerintah Turki mendaftarkan situs ini ke UNESCO — agar lembaga PBB itu ikut menjaga kelestarian perahu Nuh. Awalnya, direncanakan para arkeolog akan menggali perahu itu dan memisahkannya dari gunung. Namun, hal tersebut tak mungkin dilakukan, meski nilai sejarah penemuan ini sangat tinggi. Diyakini, ketika air surut, perahu Nuh berada di atas Gunung. Meski tiga agama besar mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan misinya
Sejak lama penduduk lokal Turki yang tinggal di pegunungan maupun kota-kota lain percaya bahwa perahu Nabi Nuh berada di Gunung Ararat. Apalagi, pilot pesawat temput Turki dalam sebuah misi pemetaan NATO, mengaku melihat benda besar seperti perahu di Dogubayazit, Turki. Pada 2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju. Beberapa ahli lain berpendapat bahwa sisa-sisa perahu Nuh menjadi bagian dari pemukiman manusia — yang selamat dari bencana banjir bah.
Wallohu A`lam Bishowab 



Disarikan dalam berbagai sumber/Editor :Grando

Tidak ada komentar:

Posting Komentar