Selasa, 10 Mei 2016


PONDOK Pesantren Sekar Putih yang ada di Dukuh Wedegan, Desa Sekar Putih Kecamatan Bagor, Nganjuk adalah salah satu pondok tertua nomor dua setelah Ponpes Mojosari, Loceret. Pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 1890 itu didirikan oleh KH Abdul Rohman Kharim yang terkenal linuwih mempunyai kelebihan ilmu kanuragan dengan sebutan ilmu condromowo. Dan itu sudah diakui oleh kalangan kiai sepuh di Jawa Timur. Bahkan sampai di luar pulau Jawa pada masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.

Konon menurut cerita saksi sejarah yang bersumber dari cucu KH Abdul Rohman Kharim, yaitu Gus Hanif putra Kiai Abu Khakim Abdul Rahman, putra bungsu KH Abdul Rohman Kharim yang sekarang memangku Ponpes Sekar Putih menuturkan, bahwa kelebihan yang dimiliki kakeknya itu sempat menjadi perhatian tokoh nasional pada waktu itu.

Menurut Gus Hanif banyak kalangan pejabat negara pada masa penjajahan yang berdatangan ke Ponpes Sekar Putih hanya sekedar mencari kekebalan dari kakeknya. Pada waktu itu, cerita dia, Presiden RI pertama Soekarno juga pernah sowan untuk diijazahi oleh kakeknya. Setelah sepeninggalan kakeknya di usianya yang hampir satu abad itu, kini diteruskan oleh bapaknya yaitu Kiai Abu khakim Abdul Rohman.

Nuansanya tidak beda jauh dengan kakeknya pada waktu itu, selalu didatanggi oleh pejabat negara, tokoh budayawan dan tokoh agama. Keunikan yang dimiliki pengasuh Ponpes Sekarputih sekarang ini yaitu Kiai Abu Khakim Abdul Rohman atau akrab disapa Mbah Khakim sering mengadakan pertemuan lintas agama. Bahkan pernah ngaji di tempat ibadah berlainan agama seperti di Pura, Gereja, Wihara serta klenteng.

“Pokoknya Mbah Khakim tidak membedakan umat beragama. Yang penting tetap punya prinsip pada akidah dan syariat Islam. Urusan keyakinan tidak bisa dipaksakan. Karena itu urusan vertikal antara umat dan Sang Pencipta,” tutur Gus Hanif mewakili Kiai Abu Khakim yang sekarang masih terbaring sakit dan tidak bisa diwawancarai.

Santri laki-laki yang mondok di Ponpes Sekar Putih tetap mengenyam pelajaran kitab kuning yang kesehariannya dikaji di Masjid pondok Sekar Putih dan angkrik tempat mengaji peninggalan sejak berdirinya pondok dan sampai sekarang tidak berubah bentuk. Kitab kuning yang dikaji seperti kitab tafsir, Riadus Sholikin, Taqrib, Tajwid, Tasawuf dan masih banyak lagi jenisnya semua diajarkan di Ponpes Sekar Putih. (adi mulyadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar