Kamis, 02 April 2015



HAKIKAT DZAT (ALLAH) Hakikat Tauhid.

Sesungguhnya Allah adalah nama zat dari Tuhan swt yang diperkenalkan sendiri oleh-Nya. Selain sebagai nama bagi zat Tuhan swt, Allah adalah juga tempat terkumpulnya atau terhimpunnya seluruh sifat yang dikandung zat-Nya, sehingga Allah sebagai sebutan yang utama untuk Tuhan sudah meliputi Tuhan secara keseluruhan yang terdiri dari zat dan sifat-Nya. Hubungan antara zat dan sifat pada hakikatnya adalah hubungan sebab akibat yang saling terkait dan saling menerangkan antara keduanya. Keberadaan sifat disebabkan karena adanya zat dan keberadaan zat hanya bisa dinyatakan dengan adanya sifat, sehingga melalui hubungan tersebut Tuhan telah membukakan satu celah yang bisa dimasuki oleh akal manusia untuk mengetahu hakikat zat-Nya dengan benar. Sebelum melanjutkan kepada kajian tentang pemahaman sifat Allah, yang pertama yang harus diyakini tentang kajian sifat Allah itu adalah bahwa sifat yang dimiliki Allah adalah sifat yang maha sempurna yang tidak dimiliki oleh selain Allah. Karena apabila terjadi persamaan antara sifat yang dimiliki oleh Allah dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah, maka sifat tersebut bukan lagi menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa dipersandingkan dengan apapun sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Quran : ” dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.” ( QS : 112 : Surat : Al Ikhlash Ayat 04 ) Setelah prinsip dasar tersebut difahami dan diyakini secara sungguh-sungguh dengan hati yang sabar dan ikhlas, baru bisa dilanjutkan dengan kajian tentang sifat-sifat Allah. Bila tidak, kajian tentang sifat-sifat Allah itu akan melahirkan pemahaman yang sesat seperti faham serba Tuhan yang berkeyakinan bahwa semuanya alam ini adalah perwujudan dari zat Tuhan , atau faham yang menyakini bahwa makhluk setelah melewati fase-fase pemahaman tertentu bisa melakukan penyatuan dengan Tuhan dan beberapa pemahaman lain yang dikatagorikan sebagai faham yang menyimpang seperti faham Muttazilah, Wahabi, dll Sekarang kita lanjutkan : Imam Abu Hasan Ali al Asy-ary dan Imam Abu Mansur al Muturidi sebagai pelopor berdirinya faham Ahlul Sunnah Wal Jamaah telah menerangkan sebagai sebuah syariat bahwa sifat Allah itu dikelompokkan menjadi 41 ( empat puluh satu ) sifat dan dikelompokkan lagi menjadi 4 ( empat ) kelompok besar yaitu : ( sudah banyak blog yang membahas masalah sifat-sifat Allah ini, sehingga saya tidak akan melakukan kajian secara rinci tentang masing-masing sifat, tapi lebih kepada hakikat sifat dan pemahaman tentang Zat Allah melalui sifat-sifat-Nya ) 1. Sifat Nafsiah Sifat nafsiyah adalah sifat yang melekat pada Zat Allah. Sifat nafsiyah ini mengakibatkan lahirnya sifat-sifat yang lain. Sifat nafsiyah itu adalah Ujud yang berarti ada. Jika sifat Ujud ini tidak ada pada Zat Allah, maka sifat-sifat yang lain pun menjadi tidak ada, sehingga mustahil Allah itu tidak ada, karena adanya Allah dengan sifat Ujud ini. Jika sifat Ujud ini tidak ada, maka Allah pun menjadi tidak ada. 2. Siaft Salbiyah Sifat Salbiyah cendrung dikatakan sebagai sifat yang membedakan Allah dengan selain Allah, tapi myrazano lebih memahami bahwa sifat salbiyah adalah sifat yang menerangkan sifat nafsiyah karena apabila dinyatakan sebagai sifat yang membedakan antara Allah dengan selain Allah tentunya sifat-sifat Allah yang lain selain sifat salbiyah bisa dipersamakan dengan sifat selain Allah sedangkan zat, sifat dan perbuatan Allah tidak bisa disetarakan sesuatu apapun juga Sifat-sifat salbiyah itu adalah Qidam yang berarti dahulu yang tidak bermula, Baqa, berarti kekal yang tidak berkesudahan atau abadi yang tidak berakhir, sehingga melahirkan sifat Mukhalifatu lil hawaditsi yang berarti tidak sama dengan dengan segala sesuatu. Allah itu bersifat Qiyamuhu binafsihi yang berati berdiri sendiri secara mutlak. Allah tidak membutuhkan apapun atau siapapun juga untuk mengurus urusannya dan juga tidak mau urusannya dicampuri, Selanjutnya dinyatakan bahwa, Allah itu bersifat Wahdaniyah yang berarti Maha Esa atau Maha Tunggal tidak berbilang dengan pengertian bahwa : Allah itu Maha Esa Zat-Nya yang berati Zat Allah itu tidak sama dengan apapun juga Allah itu Maha Esa Sifat-Nya yang berarti Allah itu bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang tidak sama atau dipersamakan dengan sifat selain Allah Allah itu Maha Esa Perbuatan-Nya yang berarti seluruh perbuatan Allah tidak bisa ditiru atau dicontoh oleh siapapun. hanya Allah yang berkuasa untuk melakukan sesuatu Sifat yang tergabung dalam kelompok sifat nafsiyah dan sifat salbiyah ini merupakan dasar utama dari pemahaman tauhid. Apabila sifat-sifat nafsiyah dan salbiyah ini difahami secara salah, maka faham tersebut telah terjerumus kepada pemahaman tauhid yang sesat sebagaimana bebarapa pemahaman yang telah disampaikan diatas Sudah banyak orang-orang alim yang tersesat dalam memahami sifat-sifat Allah ini, sehaingga myrazano sangat menyarankan untuk jangan memaksakan logika dan pemikiran dalam melakukan kajian tentang tauhid. Apabila pada saat itu logika dan pemikiran belum bisa menumbuhkan pemahaman yang benar tentang kajian yang sedang diuraikan. Tinggalkan saja dulu untuk sementara. Tapi jagan berhenti, Ketahuilah bahwa sesungguhnya hukum mempelajari dan memahami tauhid secara benar adalah wajib atau fardhu ‘ain (wajib bagi setiap diri ) karena hanya dengan pemahaman dan keyakinan yang benar seluruh amal dan ibadah yang dilakukan bisa diterima Allah swt, selain dari itu ditolak apabila ibadah tersebut tidak menjadi tambahan dosa. Kalau memungkinkan belajarlah melalui seorang guru atau mursyid yang bebar-benar telah memahami tentang hakikat tauhid yang benar. Jangan sekali-kali belajar pada mursyid ( guru hidup ) yang masih atau sedang mencari-cari hakikat tauhid yang sesungguhnya, karena itu sama artinya dengan membukakan celah yang lebar bagi iblis untuk menyesatkan. Untuk lebih jelasanya silahkan baca pengertian ilmu tauhid pada link ini atau disini Mungkin untuk sementara posting ini dicukupkan sampai disini dulu, karena pada kajian selanjutnya myrazano akan melakukan kajian tentang 2 ( dua ) kelompok sifat Allah selanjutnya yang merupakan pendalaman atau pemahaman lanjutan tentang Hakikat Zat pada Sifat Allah melalui sifat 3). Maani dan sifat 4). Ma’nawiyah. Apabila sampai kajian ini terdapat hal-hal yang kurang bisa difahami dengan baik silahkan penyampaikan pertanyaan melalui kotak komentar yang tersedia, termasuk bantahan, sanggahan atau apapun yang ingin disampaikan, mohon disampikan secara santun dan jangan menyebut nama orang lain yang tidak berhubungan dengan saya . Seluruh pertanyaan, tanggapan, bantahan, sanggahan atau sekedar komentar yang disampaikan, Insya Allah, saya akan berusaha menjawab dan menjelaskannya dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. karena ilmu Allah itu maha luas dan tanpa batas. Hakikat Dzat pada Sifat Allah. Setelah pada posting sebelumnya telah disampaikan tentang sifat Sifat Nafsiah dan Sifat Salbiyah, pada posting ini kita akan mencoba melakukan kajian tentang Sifat Ma’ani dan Sifat Ma’nawiyah sebagai berikut : 3. Sifat Ma’ani Sifat Ma’ani cendrung dikatakan sebagai sifat yag absatrak tetapi myrazano lebih memahaminya sebagai sifat yang membuktikan atau pembuktian ujud Allah, karena dengan sifat ma’ani ini Allah membuktikan sifat ujudnya yang dijelaskan dengan sifat salbiyah ( Qidam, Baqa, Mukhalifatu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah ) yaitu : Hayat berarti Allah itu bersifat hidup Ilmu berarti Allah itu bersifat tahu Qudrat berarti Allah itu bersifat kuasa Irodat berarti Allah itu bersifat berkehendak Sama berarti Allah itu bersifat mendengar Bashor berarti Allah itu bersifat melihat Kalam berarti Allah itu bersifat berkata-kataPembuktian sifat ma’ani sebagai sifat yang melekat pada ujud Allah dapat dibuktikan melalui metoda pemahaman Tauhid Rububiyah yang berarti menyakini keberadaan Allah melalui ciptaan-Nya yaitu : Karena Allah mempunyai sifat hayat, maka kita bisa membuktikannya pada hidupnya tubuh kita, jika tidak hidup tubuh kita itu, maka tidak terbukti hayatnya Allah, karena hidup tubuh kita itu dengan hayatnya Allah Karena Allah mempunyai sifat ilmu, maka kita bisa membuktikannya pada tahunya hati kita, jika tidak tahu hati kita itu, maka tidak terbukti ilmunya Allah, karena tahu hati kita itu dengan ilmunya Allah Karena Allah mempunyai sifat qudrat, maka kita bisa membuktikannya pada kuasanya tulang kita, jika tidak kuasa tulang kita itu, maka tidak terbukti qudratnya Allah, karena kuasa tulang kita itu dengan qudratnya Allah Karena Allah mempunyai sifat iradat, maka kita bisa membuktikannya pada berkehendaknya nafsu kita, jika tidak berkehendak nafsu kita itu, maka tidak terbukti iradatnya Allah, karena berkehendak nafsu kita itu dengan iradatnya Allah Karena Allah mempunyai sifat sama, maka kita bisa membuktikannya pada mendengarnya telinga kita, jika tidak mendengat telinga kita itu, maka tidak terbukti sama’nya Allah, karena mendengar telinga kita dengan sama’nya Allah Karena Allah mempunyai sifat bashor, maka kita bisa membuktikannya pada melihatnya mata kita, jika tidak melihat mata kita itu, maka tidak terbukti bashornya Allah, karena mendengan telinga kita dengan bashornya Allah Karena Allah mempunyai sifat kalam, maka kita bisa membuktikannya pada berkata-katanya lidah kita, jika tidak berkata-kata lidah kita itu, maka tidak terbukti kalamnya Allah, karena berkata lidah kita dengan kalamnya Allah Dengan pembuktian ujud Allah melalui sifat ma’ani ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa sifat hayat merupakan pokok atau ibu dari sifat yang menjelaskan tentang zat Allah, sehingga tanpa sifat hayat, sifat ujud tidak berarti apa-apa. 4. Sifat Ma’nawiyah Sifat ma’nawiyah merupakan sifat penegasan dari sifat ma’ani dengan pemahaman sebagai berikut : Karena Allah bersifat hayat, maka wajib Zat Allah bersifat Hayun berarti maha hidup Karena Allah bersifat ilmu, maka wajib Zat Allah bersifat Aliman berarti maha mengetahui Karena Allah bersifat qudrat, maka wajib Zat Allah bersifat Qodiron berarti maha kuasa Karena Allah bersifat Iradat, maka wajib Zat Allah bersifat Muridan berarti maha berkehendak Karena Allah bersifat sama’, maka wajib Zat Allah bersifat Sami’an berarti maha mendengar Karena Allah bersifat bashor, maka wajib Zat Allah bersifat Bashiron berarti maha melihat Karena Allah bersifat kalam, maka wajib Zat Allah bersifat Mutakalliman berarti maha berkata-kata Itulah sifat-sifat yang wajib ada pada Zat Allah. Hanya Pada Zat Allah. Selain Allah tidak ada yang memiliki sifat ini, sedangkan sifat-sifat yang mustahil pada Allah adalah kebalikan dari sifat yang wajib ini. ( saya tidak membahas sifat yang mustahil ini ) Sebelum melanjutkan dengan hakikat sifat yang mungkin pada Allah, kembali myrazano menyampaikan bahwa apabila sampai kajian ini terdapat hal-hal yang kurang bisa difahami dengan baik silahkan penyampaikan pertanyaan melalui kotak komentar yang tersedia, termasuk bantahan, sanggahan atau apapun yang ingin disampaikan, mohon disampikan secara santun dan jangan menyebut nama orang lain yang tidak berhubungan dengan SAYA. Seluruh pertanyaan, tanggapan, bantahan, sanggahan atau sekedar komentar yang disampaikan, Insya Allah, saya akan berusaha menjawab dan menjelaskannya sesuai dengan segenap kemampuan. Karena ilmu Allah itu maha luas dan tanpa batas.Sebelum melanjutkan membaca dan memahami kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada bagian ini, perlu disampaikan bahwa mulai dari kajian ketiga ini dan kajian-kajian selanjutnya, lebih bersifat pemahaman dan sangat membutuhkan kemurnian pemikiran dari pengararuh nafsu yang menyesatkan. Karena pada kajian ini dan kajian selanjutnya merupakan salah satu kajian inti dari faham tariqat satariyah yang mengklaim bahwa, pemahaman tauhid dari faham satariyah merupakan satu-satunya cara tercepat atau jalan pintas untuk bertemu Allah swt. ( faham tauhid satariyah tidak menyatakan dirinya sebagai bagian dari aliran tariqat yang ada karena sangat bersifat logika dan pemahamannya timbul dari proses pembelajaran sedangkan faham tauhid dari faham tariqat lainnya pemahamannya timbul dari pengamalan ; Kedua metoda ini sah dan sama benarnya, tergantung kesanggupan untuk mengikuti metoda pembelajaran dan pembetukan faham tauhidnya ), sehingga Myrazano sangat menyarankan untuk terlebih dahulu atau kembali membaca dan mempelajari serta memahami kajian-kajian sebelumnya yang berhubungan dengan alasan : 1. Kajian ini sangat membutuhkan pemahaman sehingga apabila hanya sekali baca saja diyakini bahwa pembaca tidak akan mendapatkan apa-apa dari kajian ini, bahkan mungkin saja menyesatkan Aqidah ( bukan alasan Page View atau Alexa Rank). 2. Untuk Hal-Hal yang kurang difahami dan meragukan jangan difahami sendiri, tapi disarankan untuk bertanya kepada para guru di majelis taklim / pengajian masing-masing dan atau sampaikan pertanyaan langsung di kotak komentar sebagai alternatif solusi ( solusi pertama tetap para guru / point pertama ) 3. Yang lebih penting dari pada itu adalah, bahwa yang difahami dalam kajian ini ada sifat Allah swt, bukan zat Allah swt atau hubungan antara sifat dengan zat-Nya. Apabila salah dalam memahami ini, maka akan jatuh kepada pemahaman tauhid sesat yang menyakini bahwa makhluk bisa menyatu dengan zat Allah swt (salah satu keyakinan tauhid dari faham syi’ah ) 4. Ikuti point pertama, point kedua dan point ketiga 5. Mari Kita lanjutkan Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ( 3 ) Setelah pada kajian yang lalu difahami bahwa melalui sifat-sifat yang diperkenalkan Allah swt kepada manusia sebagai makhluk, berarti Allah swt telah membukakan satu celah yang sangat lebar bagi kita untuk mengenal zat-Nya secara lebih terang dan nyata, karena melalui sifat.-sifat Allah tersebutlah kita mengenal hakikat zat itu dengan sesungguhnya. Diantara dua puluh sifat yang difahami dalam keyakinan Ahlul sunnah wal jamah terdapat dua sifat utama yang sangat menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan sifat yang lain. Pada kajian ini kita akan melakukan pembahasan tentang sifat yang pertama dari sifat yang menentukan itu, yaitu sifat ujud. Sebagai beriku : Sifat Ujud Ujud adalah sifat yang menandakan keberadaan zat. Tanpa sifat ujud ini, sifat-sifat yang lain akan menjadi tidak berarti bahkan bisa jadi menjadi tidak ada. Sifat ujud difahami melalui sifat-sifat ma’ani, sehingga untuk menjawab bagaimana ujud-Nya Allah ?. sudah bisa dijelaskan melalui sifat-sifat ma’ani ( baca kajian yang lalu ) yang dikelompokkan sebagai berikut : Ujud Zat. Yaitu ujud yang melekat pada zat difahami dengan zat Allah yaitu ujud yang sebenar-benarnya zat pada Allah. Merupakan suatu yang tidak bisa diucapkan tapi secara nyata bisa dirasakan. Seperti rasa manis pada gula, seperti rasa asin pada garam. Hanya bisa dirasakan tanpa bisa terkatakan. Ujud Sifat. Yaitu ujud yang melekat pada sifat zat difahami dengan sifat Allah yaitu terhimpunnya sekalian sifat. Ujud ini dinamakan juga Nur muhammad. Merupakan nyawa atau roh pada diri kita Ujud Af’aal. Yaitu ujud yang melekat pada perbuatan zat difahami dengan perbuatan Allah yaitu ujud yang keberadaannya disebabkan oleh suatu sebab sehingga tidak terjadi dengan sendirinya. Ujud ini dinamakan juga Ujud Adam. Merupakan tubuh pada diri kita Ujud Asma. Yaitu ujud yang melekat pada keimanan difahami dengan beriman kepada Allah yaitu ujud terdapat dalam keyakinan setiap makhluk yang memahami tentang zat Allah. Ujud ini dinamakan juga Ujud iman. Merupakan hati pada diri kita Sehingga pemahaman tentang ujud Allah ini adalah Zat Allah jadi rahasia pada diri Aku. Sifat Allah jadi Nur Muhammad jadi nyawa atau roh pada diri Aku. Perbuatan Allah jadi tubuh pada diri Aku. Nama Allah jadi hati atau iman pada diri Aku. Jadi Bukan Zat melainkan Rahasia Pada Diri Aku. Bukan Sifat melainkan Nur Muhammad Nyawa atau Roh Aku, Bukan Perbuatan melainkan Batang Tubuh Aku. Bukan Asma atau Nama melainkan Keyakinan atau Keimanan Hati Aku. Catatan : Rahasia Diri Insya Allah Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya Terutama Pada Kajian Hakikat Diri Nur Muhammad Insya Allah Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya Terutama Pada Kajian Awal Muhammad Demikian kajian tentang Sifat Ujud yang merupakan sifat yang utama dan terutama pada Allah swt. Tanpa bosan untuk menghimbau kepada pengunjung blog Kajian ini Belajarlah Melalui Guru . Kajian Blog ini hanyalah sebagai pelengkap dan sarana pembantu pendalaman materi dan pemahaman. Jika ada yang dirasa kurang jelas karena keterbatasan kemampuan. Silahkan menyampaikan pertanyaan atau sanggahan, bantahan atau apa saja pada kotak komentar yang tersedia. Insya Allah semua pertanyaan tentang kajian ini, saya akan mengusahan untuk menjawab dan menjelaskan sesuai dengan ilmu Allah yang tiada batas yang dilahirkan pada hamba-hamba yang dikehendakinya.Sekarang kita sudah memasuki kajian ke empat dari Hakikat Zat Pada Sifat Allah, tapi kalau dilihat dari awal, kajian keempat ini sudah merupakan kajian keenam yang saling berhubungan dimana sebelumnya telah dibahas Mengenal Allah . Seluruh tanggapan dan komentar tersebut akan kita coba, insya Allah membahasnya satu per satu setelah kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini selesai secara tuntas yaitu berhasil mengantarkan seluruh pembaca dan pengunjung blog ini menemui tuhannya masing-masing. Insya Allah Selanjunya dari awal SAYA selalu dan tidak akan pernah bosan mengingatkan bahwa, Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini adalah sebuah kajian yang bersifat pendalaman dari ilmu tauhid yang sangat membutuhkan pemahaman, maka bacalah setiap postingan ini secara berulang-ulang karena kalau hanya sekali baca saja dijamin tidak akan mendapatkan pemahaman apa-apa. Beberapa istilah yang dipakai, mungkin kelihatan asing bagi sebagian orang, karena kajian ini adalah kajian yang sebelumnya bersifat terutup dan dipelajari secara exclusive di berbagai tempat. Itu pun murid-muridnya kebanyakan sudah berusia lanjut. Sehingga belum tentu semua orang pernah belajar dan mempelajari ilmu ini. Sehingga untuk hal-hal yang kurang dimengerti dan difahami sangat disarankan untuk mendiskusikannya di majelis taklim dan pegajian masing-masing dibawah bimbingan para guru yang memahami ilmu taswauf secara baik agar jangan tersesat. Mari Kita lanjutkan kajian kita. Sifat Hayat Sebagaimana yang telah disampikan pada kajian sebelumnya bahwa diantara dua puluh sifat yang difahami dalam keyakinan Ahlul sunnah wal jamah terdapat dua sifat utama yang sangat menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan sifat yang lain. Diantara Dua sifat Allah swt tersebut yang pertama telah disampaikan pada kajian sebelunya yaitu sifat ujud. Pada kajian ini kata akan memahami sifat kedua yaitu sifat Hayat yang berarti hidup. Sifat hayat ini sering juga dinyatakan sebagai ibu dari segala sifat Allah, karena tanpa sifat hayat ini sifat ujud pada zat Allah swt menjadi tidak berati sama sekali, sehingga mustahil sifat-sifat yang lain pada Allah swt bisa dibuktikan. Allah Bersifat Hayat. Artinya Hidup. Allah hidup dengan sifat hayat-Nya. Sehingga dengan sifat hayat itu Allah maha hidup dan wajib bagi Allah untuk selalu hidup ( Hayun / Hayan ). Karena bukti hayat Allah swt tersebut pada hidupnya tubuh kita, maka hakikatnya bukan hidup kita, melainkan hayatnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan hidup aku melainkan hidup-Nya Allah Allah Bersifat Ilmu. Artinya Mengetahui. Allah tahu dengan sifat ilmu-Nya. Sehingga dengan sifat ilmu itu Allah maha mengetahui dan wajib bagi Allah untuk selalu mengetahui ( Alimun / Aliman ). Karena bukti ilmu Allah swt tersebut pada tahunya hati kita, maka hakikatnya bukan tahu kita, melainkan ilmunya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan ilmu aku melainkan ilmu-Nya Allah Allah Bersifat Kudrat. Artinya Kuasa. Allah berkuasa dengan sifat kudrad-Nya. Sehinga dengan sifat kudrat itu Allah maha kuasa dan wajib bagi Allah untuk selalu berkuasa ( Kadirun / Kadiran ). Karena bukti kudrat Allah swt tersebut pada kuasanya tulang kita, maka hakikatnya bukan kuasa kita, melainkan kudratnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan kuasa aku melainkan kuasa-Nya Allah Allah Bersifat Iradat. Artinya Berkehendak. Allah berkehendak dengan sifat iradat-Nya ( Maridun / Muridan ). Sehingga dengan sifat iradat itu Allah maha berkehendak dan wajib bagi Allah untuk selalu menghendaki. Karena bukti iradat Allah swt tersebut pada kehendaknya nafsu kita, maka hakikatnya bukan kehendak kita, melainkan iradatnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan kehendak aku melainkan kehendak-Nya Allah Allah Bersifat Basyar. Artinya Melihat. Allah melihat dengan sifat basyar-Nya. Sehingga dengan sifat basyar itu Allah maha melihat dan wajib bagi Allah untuk selalu melihat ( Basyirun / Basyiran ). Karena bukti basyar Allah swt tersebut pada melihatnya mata kita, maka hakikatnya bukan penglihatan kita, melainkan basyarnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan penglihatan aku melainkan penglihatan-Nya Allah Allah Bersifat Samik. Artinya Mendengar. Allah mendengar dengan sifat samik-Nya. Sehingga dengan sifat samik itu Allah maha mendengar dan wajib bagi Allah untuk selalu mendegar ( Samiun / Samian ). Karena bukti samik Allah swt tersebut pada mendengarnya telinga kita, maka hakikatnya bukan pendengaran kita, melainkan samiknya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan pendengaran aku melainkan pendengaran-Nya Allah Allah Bersifat Kalam. Artinya Berkata-kata. Allah berkata dengan sifat kalam-Nya. Sehingga dengan sifat kalam itu Allah maha berkata-kata dan wajib bagi Allah untuk selalu berkata-kata ( Mutakalimun / Mutakaliman ). Karena bukti kalam Allah swt tersebut pada berkatanya lidah kita, maka hakikatnya bukan perkataan kita, melainkan kalamnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan perkataan aku melainkan perkataan-Nya Allah Jadi sampai dengan kajian keempat atau kajian keenam tentang Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini sudah bisa sedikit dirasakan bahwa Tidak satu pun yang ada pada diri kita, melainkan hanyalah sifat Allah swt . Dengan pemahaman bahwa Bukan aku melainkan sifat Allah semata-mata Terakhir, sebelum memasuki kajian selanjutnya, saya kembali mengingatkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang difahami kepada para guru kita, dan sebagai solusi alternafif, silahkan menyampaikan pertanyaan, saran, tanggapan, kritikan, batahan terhadap seluruh kajian ini pada kotak komentar yang tersedia. atau kirim via email Insya Allah saya akan berusaha menjawab dan menjelaskannya sesuai dengan segenap kemampuan yang ada. .Setelah menyelesaikan kajian tentang sifat ujud dan sifat hayat yang merupakan dua sifat yang utama bagi Allah swt, maka mulai dari kajian ke lima Hakikat Zat Pada Zat Allah ini sesungguhnya kita sudah memasuki kajian kesimpulan dan aplikasi dari pemahaman yang sudah dibahas dalam aktivitas kehidupan kita sehari-hari dan ritualitas ibadah wajib dan ibadah sunnah sebagai pengamalan syariat ajaran agama islam sebagai agama tauhid terakhir. Sebagaimana yang telah disampaikan dalam kajian-kajian sebelumnya bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt sebagai tuhan adalah sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah swt saja. Tidak dimiliki oleh makhluknya. Apabila sifat-sifat tersebut terdapat pada makhluk, maka berarti sifat tersebut bukan sifat Allah swt karena Allah swt sebagai tuhan tidak bisa disamakan, tidak bisa disetarakan dengan apapun juga baik itu zat, sifat ataupun perbuatannya. Itulah tauhid yang benar lagi lurus yang kita tidak boleh tersesat didalamnya. Pada kajian sebelumnya juga telah difahami bahwa, dengan pendevinisian dari sifat-sifat Allah swt yang telah dilakukan oleh ulama-ulama Ahlul Sunna Wal Jamaah sebelumnya sesungguhnya telah membuka satu celah kepada kita sebagai makhluk yang berakal untuk mengungkap tentang hakikat dari Allah swt itu secara nyata, karena hubungan antara zat dan sifat adalah hubungan yang saling terkait, dimana keberadaan suatu zat akan bisa diketahui dan dijelaskan melalui sifat-sifatnya dan sifat-sifat yang dikandung oleh zat adalah penggambaran dari zat itu sendiri. Dengan logika sederhana dapat dinyatakan bahwa, dimana ada zat, maka disitulah sifatnya berada dan dimana sifat terlahir, maka disitu juga sesungguhnya zatnya berada Ungkapan atau contoh yang sangat logis dan gampang untuk difahami tentang hubungan antara zat dan sifat adalah dengan memahami sifat dari api. Yaitu Panas, panas merupakan sifat yang dikandung oleh api, dimana panas itu terasa, maka disitulah api itu berada. Apabila semakin panas kita rasakan, maka sesungguhnya semakin dekat kita dengan sumber panas itu yaitu api, sehingga semakin dekat kita dengan api maka kita akan semakin merasakan panasnya api itu. Dan sebaliknya, apabila semakin jauh kita dari api, maka panasnya api akan semakin berkurang kita rasakan. Dimana ada panas disitulah ada api. Panas adalah sifat dan api adalah zatnya. Akibat dari panas yang ditimbulkan akan berbanding lurus dengan jarak yang berhasil dicapai oleh suatu benda dengan sumber panas atau api tersebut. Semakin dekat keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin besar panas yang diserap benda dan semakin besar juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada benda-benda disekitarnya Semakin jauh keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin kecil panas yang diserap benda itu dan semakin kecil juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada benda-benda disekitarnya Sehingga ketika tidak ada lagi jarak yang tersisa antara suatu benda dengan sumber panas, maka benda itu dinyatakan berada dalam sumber panas itu, maka benda itu akan terbakar, menjadi bagian bahan bakar yang menyalakan atau menghidupkankan api. Bukan Menjadi Api Kedekatan Allah swt sebagai Tuhan dengan Makhluk pada hakikatnya tidak merubah makhluk menjadi tuhan. Tetapi hanya mempertegas pembuktian atau memperjelas keberadaan sifat Allah swt saja. Pada tataran inilah sebetulnya faham tauhid lebih banyak disesatkan oleh iblis dari golongan jin sehingga terbentuk pemahaman bahwa makhluk bisa menyatu dengan Tuhannya ( untuk yang memahami jin adalah bagian dari iblis ) Dan pada tataran ini jugalah sebagian ahli sihir yang mengaku menguasi atau memiliki ilmu putih ( padahal itu adalah sihir juga ) menekankan pemahamannya, sehingga para iblis yang telah menguasi sihir tertentu menyakinkan kepada para budaknya itu ( tukang sihir ), seolah-olah kehendak penyihir tersebut merupakan iradat-Nya Allah swt, padahal semua itu hanyalah tipuan iblis dari kelompok jin belaka. Telah banyak para alim dan orang-orang yang mengaku sebagai ahli tariqat dan ahli tasawuf terjebak dalam pemahaman ini, sehingga banyak sekali ditemui kelompok-kelopok tariqat dan pengajian tasawuf yang sesat dan menyesatkan pengikutnya seperti pemahaman bahwa, pencapaian maqam tertentu pada keyakinan tauhid yang difahami, telah menggugurkan ikatan hukum syariat padanya. Setiap yang dilakukan adalah Haq atas kehendak Allah swt. Sesungguhnya pemahaman tauhid seperti itu ( dan masih banyak lagi pemahaman tauhid yang tersesat dan atau dianggap sesat ) lebih banyak disebabkan oleh kurang lengkapnya dan tidak sempurnanya pemahaman tauhid yang diyakininya. Sebagian lagi disebabkan dorongan nafsu yang dikendalikan oleh jin yang memang bertugas dan telah mendapat izin resmi dari Allah swt untuk menyesatkan umat manusia yang tidak mampu menguasai dan mengendalikan nafsunya dengan baik. Pada bagian akhir dari kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada kajian kelima atau ketujuh ini kembali myrazano mengingatkan jangan berhenti memahami kajian hakikat zat Allah swt melalui sifat-sifat Allah sampai pada kajian ini saja. Pada kajian selanjutnya kita akan mencoba melanjutkan Hakikat Zat Pada Sifat Allah secara lebih mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dan ibadah. Insya Allah. Fahamilah kembali kajian ini dari awal dari secara berulang-ulang. materi kajian yang sudah disampaikan merupakan kajian bersambung dalam satu rangkaian. Kalau hanya memahami satu bagian saja justru bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan atau melahirkan pemahaman tanpa dasar yang pada akhirnya menimbulkan fanatisme yang sombong, yang selalu merasa paling benar. Selain dari pemahaman yang diyakininya adalah salah atau dianggap bida’ah. Padahal Kebenaran Yang Sesungguhnya Hanya Milik Allah swt saja. Tugas kita hanya meyakini sebanyak yang kita fahami saja Pahami semua kajian ini secara utuh dan konprehensif dan tanyakan apa-apa yang tidak jelas atau kurang difahami kepada para guru kita yang ada dimajelis masing-masing atau sebagai solusi pertama sampaikan pertanyaan, kritikan, saran, bantahan, sanggahan pada kotak komentar yang tersedia. Insya Allah saya akan mencoba menjelaskan setiap pertanyaan yang timbul dari kajian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar