KYAI
TELINGSING
Sebelum
berdirinya Kerajaan Islam di Demak, terjadilah kejadian yang menggemparkan di
daerah Kudus. Peristiwa itu terjadi pada diri Kanjeng Sunan Sungging. Pada
suatu hari Kanjeng Sunan Sungging bermain layang-layang tersiratlah niat beliau
untuk melihat dan berkeliling Wilayah Nusantara. Maka mulailah beliau merambat
melalui benang layang-layang yang sedang melayang diangkasa. Pada waktu Kanjeng
Sunan Sungging sampai ditengah-tengah angkasa, putuslah benang tersebut dan
melayanglah beliau bersama layang-layang tersebut hingga sampai ke Tiongkok.
Selang beberapa tahun, Kanjeng Sunan Sungging mempersunting seorang gadis
Tiongkok. Dalam beberapa tahun kemudian hamillah istri tersebut dan melahirkan
bayi laki-laki yang diberi nama The Ling Sing. Setelah The Ling Sing menginjak
dewasa, maka ayahandanya Kanjeng Sunan Sungging memberi petuah kepada anak
tersebut. Apabila engkau ingin menjadi orang yang mulia di dunia dan akherat, maka
ikutilah jejakku. Apakah yang ayahanda maksudkan ? Pergilah kau ke Kudus yang
termasuk wilayah Nusantara, disanalah aku pernah berdiam. Maka berangkatlah The
Ling Sing ke Kudus. Setelah ia sampai ketempat yang dituju, maka mulailah The
Ling Sing menyiapkan diri untuk membenahi sekelilingnya dan berdakwah. Dimana
pada waktu itu masyarakat Kudus masih kuat memeluk agama hindu. The Ling Sing
yang lebih terkenal dengan sebutan Kyai Telingsing yang telah lama berdakwah
telah lanjut usia dan ingin segera mencari penggantinya. Pada suatu hari Kyai
Telingsing berdiri sambil menengok kekanan dan kekiri. (bahasa Jawa
Ingak-Inguk) seperti mencari sesuatu. Tiba-tiba Sunan Kudus muncul dari arah
selatan, dan secara tiba-tiba Sunan Kudus membangun masjid dalam waktu yang
amat singkat, bahkan ada yang mengatakan masjid itu muncul dengan sendirinya.
Berhubung dengan hal tersebut desa tempat masjid tersebut berdiri dinamakan
desa Nganguk dan masjidnya dinamakan masjid nganguk wali. Akhirnya kedua tokoh
tersebut bekerja sama dalam mengembangkan dakwah di Kudus. Dan dengan taktik
dan siasat dari Kyai Telingsing dan Ja’far Shodiq (Sunan Kudus) akhirnya
berhasillah cita-cita keduanya untuk menyebarkan Islam di Kudus. Pada suatu
hari Sunan Kudus akan kedatangan rombongan tamu dari Tiongkok. Maka
dipanggillah Kyai Telingsing untuk membuat sebuah kenang-kenangan kepada tamu
tersebut. Oleh Kyai telingsing dibuatlah sebuah kendi yang bertuliskan indah di
dalamnya. Setelah kendi tersebut jadi, maka segera diberikan kepada Sunan Kudus.
Sunan Kudus setelah melihat kendi yang menurutnya kurang bagus dan biasa-biasa
saja yang tidak pantas untuk dihadiahkan kepada tamu dari Tingkok tersebut,
wajahnya berubah sinis dan menerimanya dengan kurang berkenan dan dilemparlah
kendi tersebut. Setelah kendi tersebut pecah, terdapatlah lukisan yang indah,
dimana ditengah-tengahnya tertulis kalimat syahadat. Seketika itu
terperanjatlah beliau menunjukkan kekagumanya, sehingga beliau menyadari,
betapa kyai Telingsing adah seorang yang memiliki karomah. Diantara sabda dari
Kyai Telingsing, “Sholat Sacolo Saloho Donga sampurna", artinya : Sholat
adalah sebagai do’a yang sempurna Lenggahing panggenan Tersetihing ngaji
artinya : Menempatkan diri pada sesuatu yang benar, suci dan terpuji. Beliau
kini makamnya di kampung sunggingan-Kudus. Ada sebagian orang yang mengatakan
kalau beliau adalah seorang pemahat yang masuk dalam aliran Sun Ging. Dari nama
Sun Ging inilah kemudian terjadi kata Nyungging yang artinya memahat atau
mengukir, dan dari kata Sung Ging itu pulalah terjadi namanya Sungingan sampai
sekarang ini. ( H. Zawawi Mufid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar