HAKIKAT DZAT (ALLAH) Hakikat Tauhid.
Sesungguhnya Allah adalah nama zat dari Tuhan
swt yang diperkenalkan sendiri oleh-Nya. Selain sebagai nama bagi zat Tuhan
swt, Allah adalah juga tempat terkumpulnya atau terhimpunnya seluruh sifat yang
dikandung zat-Nya, sehingga Allah sebagai sebutan yang utama untuk Tuhan sudah
meliputi Tuhan secara keseluruhan yang terdiri dari zat dan sifat-Nya. Hubungan
antara zat dan sifat pada hakikatnya adalah hubungan sebab akibat yang saling
terkait dan saling menerangkan antara keduanya. Keberadaan sifat disebabkan
karena adanya zat dan keberadaan zat hanya bisa dinyatakan dengan adanya sifat,
sehingga melalui hubungan tersebut Tuhan telah membukakan satu celah yang bisa
dimasuki oleh akal manusia untuk mengetahu hakikat zat-Nya dengan benar.
Sebelum melanjutkan kepada kajian tentang pemahaman sifat Allah, yang pertama
yang harus diyakini tentang kajian sifat Allah itu adalah bahwa sifat yang
dimiliki Allah adalah sifat yang maha sempurna yang tidak dimiliki oleh selain
Allah. Karena apabila terjadi persamaan antara sifat yang dimiliki oleh Allah
dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah, maka sifat tersebut bukan lagi
menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa dipersandingkan dengan apapun
sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Quran : ” dan tidak ada sesuatupun yang
setara dengan Dia.” ( QS : 112 : Surat : Al Ikhlash Ayat 04 ) Setelah prinsip
dasar tersebut difahami dan diyakini secara sungguh-sungguh dengan hati yang
sabar dan ikhlas, baru bisa dilanjutkan dengan kajian tentang sifat-sifat
Allah. Bila tidak, kajian tentang sifat-sifat Allah itu akan melahirkan
pemahaman yang sesat seperti faham serba Tuhan yang berkeyakinan bahwa semuanya
alam ini adalah perwujudan dari zat Tuhan , atau faham yang menyakini bahwa
makhluk setelah melewati fase-fase pemahaman tertentu bisa melakukan penyatuan
dengan Tuhan dan beberapa pemahaman lain yang dikatagorikan sebagai faham yang
menyimpang seperti faham Muttazilah, Wahabi, dll Sekarang kita lanjutkan : Imam
Abu Hasan Ali al Asy-ary dan Imam Abu Mansur al Muturidi sebagai pelopor
berdirinya faham Ahlul Sunnah Wal Jamaah telah menerangkan sebagai sebuah
syariat bahwa sifat Allah itu dikelompokkan menjadi 41 ( empat puluh satu )
sifat dan dikelompokkan lagi menjadi 4 ( empat ) kelompok besar yaitu : ( sudah
banyak blog yang membahas masalah sifat-sifat Allah ini, sehingga saya tidak
akan melakukan kajian secara rinci tentang masing-masing sifat, tapi lebih
kepada hakikat sifat dan pemahaman tentang Zat Allah melalui sifat-sifat-Nya )
1. Sifat Nafsiah Sifat nafsiyah adalah sifat yang melekat pada Zat Allah. Sifat
nafsiyah ini mengakibatkan lahirnya sifat-sifat yang lain. Sifat nafsiyah itu
adalah Ujud yang berarti ada. Jika sifat Ujud ini tidak ada pada Zat Allah,
maka sifat-sifat yang lain pun menjadi tidak ada, sehingga mustahil Allah itu
tidak ada, karena adanya Allah dengan sifat Ujud ini. Jika sifat Ujud ini tidak
ada, maka Allah pun menjadi tidak ada. 2. Siaft Salbiyah Sifat Salbiyah
cendrung dikatakan sebagai sifat yang membedakan Allah dengan selain Allah,
tapi myrazano lebih memahami bahwa sifat salbiyah adalah sifat yang menerangkan
sifat nafsiyah karena apabila dinyatakan sebagai sifat yang membedakan antara
Allah dengan selain Allah tentunya sifat-sifat Allah yang lain selain sifat
salbiyah bisa dipersamakan dengan sifat selain Allah sedangkan zat, sifat dan
perbuatan Allah tidak bisa disetarakan sesuatu apapun juga Sifat-sifat salbiyah
itu adalah Qidam yang berarti dahulu yang tidak bermula, Baqa, berarti kekal
yang tidak berkesudahan atau abadi yang tidak berakhir, sehingga melahirkan
sifat Mukhalifatu lil hawaditsi yang berarti tidak sama dengan dengan segala
sesuatu. Allah itu bersifat Qiyamuhu binafsihi yang berati berdiri sendiri
secara mutlak. Allah tidak membutuhkan apapun atau siapapun juga untuk mengurus
urusannya dan juga tidak mau urusannya dicampuri, Selanjutnya dinyatakan bahwa,
Allah itu bersifat Wahdaniyah yang berarti Maha Esa atau Maha Tunggal tidak
berbilang dengan pengertian bahwa : Allah itu Maha Esa Zat-Nya yang berati Zat
Allah itu tidak sama dengan apapun juga Allah itu Maha Esa Sifat-Nya yang
berarti Allah itu bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang tidak sama
atau dipersamakan dengan sifat selain Allah Allah itu Maha Esa Perbuatan-Nya
yang berarti seluruh perbuatan Allah tidak bisa ditiru atau dicontoh oleh
siapapun. hanya Allah yang berkuasa untuk melakukan sesuatu Sifat yang
tergabung dalam kelompok sifat nafsiyah dan sifat salbiyah ini merupakan dasar
utama dari pemahaman tauhid. Apabila sifat-sifat nafsiyah dan salbiyah ini
difahami secara salah, maka faham tersebut telah terjerumus kepada pemahaman
tauhid yang sesat sebagaimana bebarapa pemahaman yang telah disampaikan diatas
Sudah banyak orang-orang alim yang tersesat dalam memahami sifat-sifat Allah
ini, sehaingga myrazano sangat menyarankan untuk jangan memaksakan logika dan
pemikiran dalam melakukan kajian tentang tauhid. Apabila pada saat itu logika
dan pemikiran belum bisa menumbuhkan pemahaman yang benar tentang kajian yang
sedang diuraikan. Tinggalkan saja dulu untuk sementara. Tapi jagan berhenti,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya hukum mempelajari dan memahami tauhid secara
benar adalah wajib atau fardhu ‘ain (wajib bagi setiap diri ) karena hanya
dengan pemahaman dan keyakinan yang benar seluruh amal dan ibadah yang
dilakukan bisa diterima Allah swt, selain dari itu ditolak apabila ibadah
tersebut tidak menjadi tambahan dosa. Kalau memungkinkan belajarlah melalui
seorang guru atau mursyid yang bebar-benar telah memahami tentang hakikat
tauhid yang benar. Jangan sekali-kali belajar pada mursyid ( guru hidup ) yang
masih atau sedang mencari-cari hakikat tauhid yang sesungguhnya, karena itu
sama artinya dengan membukakan celah yang lebar bagi iblis untuk menyesatkan.
Untuk lebih jelasanya silahkan baca pengertian ilmu tauhid pada link ini atau
disini Mungkin untuk sementara posting ini dicukupkan sampai disini dulu,
karena pada kajian selanjutnya myrazano akan melakukan kajian tentang 2 ( dua )
kelompok sifat Allah selanjutnya yang merupakan pendalaman atau pemahaman
lanjutan tentang Hakikat Zat pada Sifat Allah melalui sifat 3). Maani dan sifat
4). Ma’nawiyah. Apabila sampai kajian ini terdapat hal-hal yang kurang bisa
difahami dengan baik silahkan penyampaikan pertanyaan melalui kotak komentar
yang tersedia, termasuk bantahan, sanggahan atau apapun yang ingin disampaikan,
mohon disampikan secara santun dan jangan menyebut nama orang lain yang tidak
berhubungan dengan saya . Seluruh pertanyaan, tanggapan, bantahan, sanggahan
atau sekedar komentar yang disampaikan, Insya Allah, saya akan berusaha
menjawab dan menjelaskannya dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
karena ilmu Allah itu maha luas dan tanpa batas. Hakikat Dzat pada Sifat Allah.
Setelah pada posting sebelumnya telah disampaikan tentang sifat Sifat Nafsiah
dan Sifat Salbiyah, pada posting ini kita akan mencoba melakukan kajian tentang
Sifat Ma’ani dan Sifat Ma’nawiyah sebagai berikut : 3. Sifat Ma’ani Sifat
Ma’ani cendrung dikatakan sebagai sifat yag absatrak tetapi myrazano lebih
memahaminya sebagai sifat yang membuktikan atau pembuktian ujud Allah, karena
dengan sifat ma’ani ini Allah membuktikan sifat ujudnya yang dijelaskan dengan
sifat salbiyah ( Qidam, Baqa, Mukhalifatu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi,
Wahdaniyah ) yaitu : Hayat berarti Allah itu bersifat hidup Ilmu berarti Allah
itu bersifat tahu Qudrat berarti Allah itu bersifat kuasa Irodat berarti Allah
itu bersifat berkehendak Sama berarti Allah itu bersifat mendengar Bashor
berarti Allah itu bersifat melihat Kalam berarti Allah itu bersifat
berkata-kataPembuktian sifat ma’ani sebagai sifat yang melekat pada ujud Allah
dapat dibuktikan melalui metoda pemahaman Tauhid Rububiyah yang berarti
menyakini keberadaan Allah melalui ciptaan-Nya yaitu : Karena Allah mempunyai
sifat hayat, maka kita bisa membuktikannya pada hidupnya tubuh kita, jika tidak
hidup tubuh kita itu, maka tidak terbukti hayatnya Allah, karena hidup tubuh
kita itu dengan hayatnya Allah Karena Allah mempunyai sifat ilmu, maka kita
bisa membuktikannya pada tahunya hati kita, jika tidak tahu hati kita itu, maka
tidak terbukti ilmunya Allah, karena tahu hati kita itu dengan ilmunya Allah
Karena Allah mempunyai sifat qudrat, maka kita bisa membuktikannya pada
kuasanya tulang kita, jika tidak kuasa tulang kita itu, maka tidak terbukti
qudratnya Allah, karena kuasa tulang kita itu dengan qudratnya Allah Karena
Allah mempunyai sifat iradat, maka kita bisa membuktikannya pada berkehendaknya
nafsu kita, jika tidak berkehendak nafsu kita itu, maka tidak terbukti
iradatnya Allah, karena berkehendak nafsu kita itu dengan iradatnya Allah
Karena Allah mempunyai sifat sama, maka kita bisa membuktikannya pada
mendengarnya telinga kita, jika tidak mendengat telinga kita itu, maka tidak
terbukti sama’nya Allah, karena mendengar telinga kita dengan sama’nya Allah
Karena Allah mempunyai sifat bashor, maka kita bisa membuktikannya pada
melihatnya mata kita, jika tidak melihat mata kita itu, maka tidak terbukti
bashornya Allah, karena mendengan telinga kita dengan bashornya Allah Karena
Allah mempunyai sifat kalam, maka kita bisa membuktikannya pada berkata-katanya
lidah kita, jika tidak berkata-kata lidah kita itu, maka tidak terbukti
kalamnya Allah, karena berkata lidah kita dengan kalamnya Allah Dengan
pembuktian ujud Allah melalui sifat ma’ani ini memberikan pemahaman kepada kita
bahwa sifat hayat merupakan pokok atau ibu dari sifat yang menjelaskan tentang
zat Allah, sehingga tanpa sifat hayat, sifat ujud tidak berarti apa-apa. 4.
Sifat Ma’nawiyah Sifat ma’nawiyah merupakan sifat penegasan dari sifat ma’ani
dengan pemahaman sebagai berikut : Karena Allah bersifat hayat, maka wajib Zat
Allah bersifat Hayun berarti maha hidup Karena Allah bersifat ilmu, maka wajib
Zat Allah bersifat Aliman berarti maha mengetahui Karena Allah bersifat qudrat,
maka wajib Zat Allah bersifat Qodiron berarti maha kuasa Karena Allah bersifat
Iradat, maka wajib Zat Allah bersifat Muridan berarti maha berkehendak Karena
Allah bersifat sama’, maka wajib Zat Allah bersifat Sami’an berarti maha
mendengar Karena Allah bersifat bashor, maka wajib Zat Allah bersifat Bashiron
berarti maha melihat Karena Allah bersifat kalam, maka wajib Zat Allah bersifat
Mutakalliman berarti maha berkata-kata Itulah sifat-sifat yang wajib ada pada
Zat Allah. Hanya Pada Zat Allah. Selain Allah tidak ada yang memiliki sifat ini,
sedangkan sifat-sifat yang mustahil pada Allah adalah kebalikan dari sifat yang
wajib ini. ( saya tidak membahas sifat yang mustahil ini ) Sebelum melanjutkan
dengan hakikat sifat yang mungkin pada Allah, kembali myrazano menyampaikan
bahwa apabila sampai kajian ini terdapat hal-hal yang kurang bisa difahami
dengan baik silahkan penyampaikan pertanyaan melalui kotak komentar yang
tersedia, termasuk bantahan, sanggahan atau apapun yang ingin disampaikan,
mohon disampikan secara santun dan jangan menyebut nama orang lain yang tidak
berhubungan dengan SAYA. Seluruh pertanyaan, tanggapan, bantahan, sanggahan
atau sekedar komentar yang disampaikan, Insya Allah, saya akan berusaha
menjawab dan menjelaskannya sesuai dengan segenap kemampuan. Karena ilmu Allah
itu maha luas dan tanpa batas.Sebelum melanjutkan membaca dan memahami kajian
Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada bagian ini, perlu disampaikan bahwa mulai
dari kajian ketiga ini dan kajian-kajian selanjutnya, lebih bersifat pemahaman
dan sangat membutuhkan kemurnian pemikiran dari pengararuh nafsu yang
menyesatkan. Karena pada kajian ini dan kajian selanjutnya merupakan salah satu
kajian inti dari faham tariqat satariyah yang mengklaim bahwa, pemahaman tauhid
dari faham satariyah merupakan satu-satunya cara tercepat atau jalan pintas
untuk bertemu Allah swt. ( faham tauhid satariyah tidak menyatakan dirinya
sebagai bagian dari aliran tariqat yang ada karena sangat bersifat logika dan
pemahamannya timbul dari proses pembelajaran sedangkan faham tauhid dari faham
tariqat lainnya pemahamannya timbul dari pengamalan ; Kedua metoda ini sah dan
sama benarnya, tergantung kesanggupan untuk mengikuti metoda pembelajaran dan
pembetukan faham tauhidnya ), sehingga Myrazano sangat menyarankan untuk
terlebih dahulu atau kembali membaca dan mempelajari serta memahami
kajian-kajian sebelumnya yang berhubungan dengan alasan : 1. Kajian ini sangat
membutuhkan pemahaman sehingga apabila hanya sekali baca saja diyakini bahwa
pembaca tidak akan mendapatkan apa-apa dari kajian ini, bahkan mungkin saja
menyesatkan Aqidah ( bukan alasan Page View atau Alexa Rank). 2. Untuk Hal-Hal
yang kurang difahami dan meragukan jangan difahami sendiri, tapi disarankan
untuk bertanya kepada para guru di majelis taklim / pengajian masing-masing dan
atau sampaikan pertanyaan langsung di kotak komentar sebagai alternatif solusi
( solusi pertama tetap para guru / point pertama ) 3. Yang lebih penting dari
pada itu adalah, bahwa yang difahami dalam kajian ini ada sifat Allah swt,
bukan zat Allah swt atau hubungan antara sifat dengan zat-Nya. Apabila salah
dalam memahami ini, maka akan jatuh kepada pemahaman tauhid sesat yang
menyakini bahwa makhluk bisa menyatu dengan zat Allah swt (salah satu keyakinan
tauhid dari faham syi’ah ) 4. Ikuti point pertama, point kedua dan point ketiga
5. Mari Kita lanjutkan Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ( 3 ) Setelah pada
kajian yang lalu difahami bahwa melalui sifat-sifat yang diperkenalkan Allah
swt kepada manusia sebagai makhluk, berarti Allah swt telah membukakan satu
celah yang sangat lebar bagi kita untuk mengenal zat-Nya secara lebih terang
dan nyata, karena melalui sifat.-sifat Allah tersebutlah kita mengenal hakikat
zat itu dengan sesungguhnya. Diantara dua puluh sifat yang difahami dalam
keyakinan Ahlul sunnah wal jamah terdapat dua sifat utama yang sangat
menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka
keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan
sifat yang lain. Pada kajian ini kita akan melakukan pembahasan tentang sifat
yang pertama dari sifat yang menentukan itu, yaitu sifat ujud. Sebagai beriku :
Sifat Ujud Ujud adalah sifat yang menandakan keberadaan zat. Tanpa sifat ujud
ini, sifat-sifat yang lain akan menjadi tidak berarti bahkan bisa jadi menjadi
tidak ada. Sifat ujud difahami melalui sifat-sifat ma’ani, sehingga untuk
menjawab bagaimana ujud-Nya Allah ?. sudah bisa dijelaskan melalui sifat-sifat
ma’ani ( baca kajian yang lalu ) yang dikelompokkan sebagai berikut : Ujud Zat.
Yaitu ujud yang melekat pada zat difahami dengan zat Allah yaitu ujud yang
sebenar-benarnya zat pada Allah. Merupakan suatu yang tidak bisa diucapkan tapi
secara nyata bisa dirasakan. Seperti rasa manis pada gula, seperti rasa asin
pada garam. Hanya bisa dirasakan tanpa bisa terkatakan. Ujud Sifat. Yaitu ujud
yang melekat pada sifat zat difahami dengan sifat Allah yaitu terhimpunnya
sekalian sifat. Ujud ini dinamakan juga Nur muhammad. Merupakan nyawa atau roh
pada diri kita Ujud Af’aal. Yaitu ujud yang melekat pada perbuatan zat difahami
dengan perbuatan Allah yaitu ujud yang keberadaannya disebabkan oleh suatu
sebab sehingga tidak terjadi dengan sendirinya. Ujud ini dinamakan juga Ujud
Adam. Merupakan tubuh pada diri kita Ujud Asma. Yaitu ujud yang melekat pada
keimanan difahami dengan beriman kepada Allah yaitu ujud terdapat dalam
keyakinan setiap makhluk yang memahami tentang zat Allah. Ujud ini dinamakan
juga Ujud iman. Merupakan hati pada diri kita Sehingga pemahaman tentang ujud
Allah ini adalah Zat Allah jadi rahasia pada diri Aku. Sifat Allah jadi Nur
Muhammad jadi nyawa atau roh pada diri Aku. Perbuatan Allah jadi tubuh pada
diri Aku. Nama Allah jadi hati atau iman pada diri Aku. Jadi Bukan Zat
melainkan Rahasia Pada Diri Aku. Bukan Sifat melainkan Nur Muhammad Nyawa atau
Roh Aku, Bukan Perbuatan melainkan Batang Tubuh Aku. Bukan Asma atau Nama
melainkan Keyakinan atau Keimanan Hati Aku. Catatan : Rahasia Diri Insya Allah
Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya Terutama Pada Kajian Hakikat
Diri Nur Muhammad Insya Allah Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya
Terutama Pada Kajian Awal Muhammad Demikian kajian tentang Sifat Ujud yang
merupakan sifat yang utama dan terutama pada Allah swt. Tanpa bosan untuk
menghimbau kepada pengunjung blog Kajian ini Belajarlah Melalui Guru . Kajian
Blog ini hanyalah sebagai pelengkap dan sarana pembantu pendalaman materi dan
pemahaman. Jika ada yang dirasa kurang jelas karena keterbatasan kemampuan.
Silahkan menyampaikan pertanyaan atau sanggahan, bantahan atau apa saja pada kotak
komentar yang tersedia. Insya Allah semua pertanyaan tentang kajian ini, saya
akan mengusahan untuk menjawab dan menjelaskan sesuai dengan ilmu Allah yang
tiada batas yang dilahirkan pada hamba-hamba yang dikehendakinya.Sekarang kita
sudah memasuki kajian ke empat dari Hakikat Zat Pada Sifat Allah, tapi kalau
dilihat dari awal, kajian keempat ini sudah merupakan kajian keenam yang saling
berhubungan dimana sebelumnya telah dibahas Mengenal Allah . Seluruh tanggapan
dan komentar tersebut akan kita coba, insya Allah membahasnya satu per satu
setelah kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini selesai secara tuntas yaitu
berhasil mengantarkan seluruh pembaca dan pengunjung blog ini menemui tuhannya
masing-masing. Insya Allah Selanjunya dari awal SAYA selalu dan tidak akan
pernah bosan mengingatkan bahwa, Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini adalah
sebuah kajian yang bersifat pendalaman dari ilmu tauhid yang sangat membutuhkan
pemahaman, maka bacalah setiap postingan ini secara berulang-ulang karena kalau
hanya sekali baca saja dijamin tidak akan mendapatkan pemahaman apa-apa.
Beberapa istilah yang dipakai, mungkin kelihatan asing bagi sebagian orang,
karena kajian ini adalah kajian yang sebelumnya bersifat terutup dan dipelajari
secara exclusive di berbagai tempat. Itu pun murid-muridnya kebanyakan sudah
berusia lanjut. Sehingga belum tentu semua orang pernah belajar dan mempelajari
ilmu ini. Sehingga untuk hal-hal yang kurang dimengerti dan difahami sangat
disarankan untuk mendiskusikannya di majelis taklim dan pegajian masing-masing
dibawah bimbingan para guru yang memahami ilmu taswauf secara baik agar jangan
tersesat. Mari Kita lanjutkan kajian kita. Sifat Hayat Sebagaimana yang telah
disampikan pada kajian sebelumnya bahwa diantara dua puluh sifat yang difahami
dalam keyakinan Ahlul sunnah wal jamah terdapat dua sifat utama yang sangat
menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka
keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan
sifat yang lain. Diantara Dua sifat Allah swt tersebut yang pertama telah
disampaikan pada kajian sebelunya yaitu sifat ujud. Pada kajian ini kata akan
memahami sifat kedua yaitu sifat Hayat yang berarti hidup. Sifat hayat ini
sering juga dinyatakan sebagai ibu dari segala sifat Allah, karena tanpa sifat
hayat ini sifat ujud pada zat Allah swt menjadi tidak berati sama sekali,
sehingga mustahil sifat-sifat yang lain pada Allah swt bisa dibuktikan. Allah
Bersifat Hayat. Artinya Hidup. Allah hidup dengan sifat hayat-Nya. Sehingga dengan
sifat hayat itu Allah maha hidup dan wajib bagi Allah untuk selalu hidup (
Hayun / Hayan ). Karena bukti hayat Allah swt tersebut pada hidupnya tubuh
kita, maka hakikatnya bukan hidup kita, melainkan hayatnya Allah swt.
Pemahamanya adalah Bukan hidup aku melainkan hidup-Nya Allah Allah Bersifat
Ilmu. Artinya Mengetahui. Allah tahu dengan sifat ilmu-Nya. Sehingga dengan
sifat ilmu itu Allah maha mengetahui dan wajib bagi Allah untuk selalu
mengetahui ( Alimun / Aliman ). Karena bukti ilmu Allah swt tersebut pada
tahunya hati kita, maka hakikatnya bukan tahu kita, melainkan ilmunya Allah
swt. Pemahamanya adalah Bukan ilmu aku melainkan ilmu-Nya Allah Allah Bersifat
Kudrat. Artinya Kuasa. Allah berkuasa dengan sifat kudrad-Nya. Sehinga dengan
sifat kudrat itu Allah maha kuasa dan wajib bagi Allah untuk selalu berkuasa (
Kadirun / Kadiran ). Karena bukti kudrat Allah swt tersebut pada kuasanya
tulang kita, maka hakikatnya bukan kuasa kita, melainkan kudratnya Allah swt.
Pemahamanya adalah Bukan kuasa aku melainkan kuasa-Nya Allah Allah Bersifat
Iradat. Artinya Berkehendak. Allah berkehendak dengan sifat iradat-Nya (
Maridun / Muridan ). Sehingga dengan sifat iradat itu Allah maha berkehendak
dan wajib bagi Allah untuk selalu menghendaki. Karena bukti iradat Allah swt
tersebut pada kehendaknya nafsu kita, maka hakikatnya bukan kehendak kita,
melainkan iradatnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan kehendak aku melainkan
kehendak-Nya Allah Allah Bersifat Basyar. Artinya Melihat. Allah melihat dengan
sifat basyar-Nya. Sehingga dengan sifat basyar itu Allah maha melihat dan wajib
bagi Allah untuk selalu melihat ( Basyirun / Basyiran ). Karena bukti basyar
Allah swt tersebut pada melihatnya mata kita, maka hakikatnya bukan penglihatan
kita, melainkan basyarnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan penglihatan aku
melainkan penglihatan-Nya Allah Allah Bersifat Samik. Artinya Mendengar. Allah
mendengar dengan sifat samik-Nya. Sehingga dengan sifat samik itu Allah maha
mendengar dan wajib bagi Allah untuk selalu mendegar ( Samiun / Samian ).
Karena bukti samik Allah swt tersebut pada mendengarnya telinga kita, maka
hakikatnya bukan pendengaran kita, melainkan samiknya Allah swt. Pemahamanya
adalah Bukan pendengaran aku melainkan pendengaran-Nya Allah Allah Bersifat
Kalam. Artinya Berkata-kata. Allah berkata dengan sifat kalam-Nya. Sehingga
dengan sifat kalam itu Allah maha berkata-kata dan wajib bagi Allah untuk
selalu berkata-kata ( Mutakalimun / Mutakaliman ). Karena bukti kalam Allah swt
tersebut pada berkatanya lidah kita, maka hakikatnya bukan perkataan kita,
melainkan kalamnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan perkataan aku melainkan
perkataan-Nya Allah Jadi sampai dengan kajian keempat atau kajian keenam
tentang Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini sudah bisa sedikit dirasakan bahwa
Tidak satu pun yang ada pada diri kita, melainkan hanyalah sifat Allah swt .
Dengan pemahaman bahwa Bukan aku melainkan sifat Allah semata-mata Terakhir,
sebelum memasuki kajian selanjutnya, saya kembali mengingatkan untuk menanyakan
hal-hal yang kurang difahami kepada para guru kita, dan sebagai solusi
alternafif, silahkan menyampaikan pertanyaan, saran, tanggapan, kritikan,
batahan terhadap seluruh kajian ini pada kotak komentar yang tersedia. atau
kirim via email Insya Allah saya akan berusaha menjawab dan menjelaskannya
sesuai dengan segenap kemampuan yang ada. .Setelah menyelesaikan kajian tentang
sifat ujud dan sifat hayat yang merupakan dua sifat yang utama bagi Allah swt,
maka mulai dari kajian ke lima Hakikat Zat Pada Zat Allah ini sesungguhnya kita
sudah memasuki kajian kesimpulan dan aplikasi dari pemahaman yang sudah dibahas
dalam aktivitas kehidupan kita sehari-hari dan ritualitas ibadah wajib dan
ibadah sunnah sebagai pengamalan syariat ajaran agama islam sebagai agama
tauhid terakhir. Sebagaimana yang telah disampaikan dalam kajian-kajian
sebelumnya bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt sebagai tuhan adalah
sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah swt saja. Tidak dimiliki oleh
makhluknya. Apabila sifat-sifat tersebut terdapat pada makhluk, maka berarti
sifat tersebut bukan sifat Allah swt karena Allah swt sebagai tuhan tidak bisa
disamakan, tidak bisa disetarakan dengan apapun juga baik itu zat, sifat
ataupun perbuatannya. Itulah tauhid yang benar lagi lurus yang kita tidak boleh
tersesat didalamnya. Pada kajian sebelumnya juga telah difahami bahwa, dengan
pendevinisian dari sifat-sifat Allah swt yang telah dilakukan oleh ulama-ulama
Ahlul Sunna Wal Jamaah sebelumnya sesungguhnya telah membuka satu celah kepada
kita sebagai makhluk yang berakal untuk mengungkap tentang hakikat dari Allah
swt itu secara nyata, karena hubungan antara zat dan sifat adalah hubungan yang
saling terkait, dimana keberadaan suatu zat akan bisa diketahui dan dijelaskan
melalui sifat-sifatnya dan sifat-sifat yang dikandung oleh zat adalah
penggambaran dari zat itu sendiri. Dengan logika sederhana dapat dinyatakan
bahwa, dimana ada zat, maka disitulah sifatnya berada dan dimana sifat
terlahir, maka disitu juga sesungguhnya zatnya berada Ungkapan atau contoh yang
sangat logis dan gampang untuk difahami tentang hubungan antara zat dan sifat
adalah dengan memahami sifat dari api. Yaitu Panas, panas merupakan sifat yang
dikandung oleh api, dimana panas itu terasa, maka disitulah api itu berada.
Apabila semakin panas kita rasakan, maka sesungguhnya semakin dekat kita dengan
sumber panas itu yaitu api, sehingga semakin dekat kita dengan api maka kita
akan semakin merasakan panasnya api itu. Dan sebaliknya, apabila semakin jauh
kita dari api, maka panasnya api akan semakin berkurang kita rasakan. Dimana
ada panas disitulah ada api. Panas adalah sifat dan api adalah zatnya. Akibat
dari panas yang ditimbulkan akan berbanding lurus dengan jarak yang berhasil
dicapai oleh suatu benda dengan sumber panas atau api tersebut. Semakin dekat
keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin besar panas yang
diserap benda dan semakin besar juga panas yang disalurkan benda tersebut
kepada benda-benda disekitarnya Semakin jauh keberadaan suatu benda dengan sumber
panas, maka akan semakin kecil panas yang diserap benda itu dan semakin kecil
juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada benda-benda disekitarnya
Sehingga ketika tidak ada lagi jarak yang tersisa antara suatu benda dengan
sumber panas, maka benda itu dinyatakan berada dalam sumber panas itu, maka
benda itu akan terbakar, menjadi bagian bahan bakar yang menyalakan atau
menghidupkankan api. Bukan Menjadi Api Kedekatan Allah swt sebagai Tuhan dengan
Makhluk pada hakikatnya tidak merubah makhluk menjadi tuhan. Tetapi hanya
mempertegas pembuktian atau memperjelas keberadaan sifat Allah swt saja. Pada
tataran inilah sebetulnya faham tauhid lebih banyak disesatkan oleh iblis dari
golongan jin sehingga terbentuk pemahaman bahwa makhluk bisa menyatu dengan Tuhannya
( untuk yang memahami jin adalah bagian dari iblis ) Dan pada tataran ini
jugalah sebagian ahli sihir yang mengaku menguasi atau memiliki ilmu putih (
padahal itu adalah sihir juga ) menekankan pemahamannya, sehingga para iblis
yang telah menguasi sihir tertentu menyakinkan kepada para budaknya itu (
tukang sihir ), seolah-olah kehendak penyihir tersebut merupakan iradat-Nya
Allah swt, padahal semua itu hanyalah tipuan iblis dari kelompok jin belaka.
Telah banyak para alim dan orang-orang yang mengaku sebagai ahli tariqat dan
ahli tasawuf terjebak dalam pemahaman ini, sehingga banyak sekali ditemui
kelompok-kelopok tariqat dan pengajian tasawuf yang sesat dan menyesatkan
pengikutnya seperti pemahaman bahwa, pencapaian maqam tertentu pada keyakinan
tauhid yang difahami, telah menggugurkan ikatan hukum syariat padanya. Setiap
yang dilakukan adalah Haq atas kehendak Allah swt. Sesungguhnya pemahaman
tauhid seperti itu ( dan masih banyak lagi pemahaman tauhid yang tersesat dan
atau dianggap sesat ) lebih banyak disebabkan oleh kurang lengkapnya dan tidak
sempurnanya pemahaman tauhid yang diyakininya. Sebagian lagi disebabkan
dorongan nafsu yang dikendalikan oleh jin yang memang bertugas dan telah
mendapat izin resmi dari Allah swt untuk menyesatkan umat manusia yang tidak
mampu menguasai dan mengendalikan nafsunya dengan baik. Pada bagian akhir dari
kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada kajian kelima atau ketujuh ini kembali
myrazano mengingatkan jangan berhenti memahami kajian hakikat zat Allah swt
melalui sifat-sifat Allah sampai pada kajian ini saja. Pada kajian selanjutnya
kita akan mencoba melanjutkan Hakikat Zat Pada Sifat Allah secara lebih
mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dan ibadah. Insya Allah.
Fahamilah kembali kajian ini dari awal dari secara berulang-ulang. materi
kajian yang sudah disampaikan merupakan kajian bersambung dalam satu rangkaian.
Kalau hanya memahami satu bagian saja justru bisa menimbulkan kebingungan dan
keraguan atau melahirkan pemahaman tanpa dasar yang pada akhirnya menimbulkan
fanatisme yang sombong, yang selalu merasa paling benar. Selain dari pemahaman
yang diyakininya adalah salah atau dianggap bida’ah. Padahal Kebenaran Yang
Sesungguhnya Hanya Milik Allah swt saja. Tugas kita hanya meyakini sebanyak
yang kita fahami saja Pahami semua kajian ini secara utuh dan konprehensif dan
tanyakan apa-apa yang tidak jelas atau kurang difahami kepada para guru kita
yang ada dimajelis masing-masing atau sebagai solusi pertama sampaikan
pertanyaan, kritikan, saran, bantahan, sanggahan pada kotak komentar yang
tersedia. Insya Allah saya akan mencoba menjelaskan setiap pertanyaan yang
timbul dari kajian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar