Tulisan ini adalah bagian
kecil dari biografi seorang tokoh terkemuka umat ini, dia salah seorang
pahlawan dan kesatria umat ini, dia salah seorang tokoh shahabat
Rasulullah saw yang mulia, dan dari perjalanan hidupnya ini kita akan
menggali berbagai pelajaran dan ibrah.
Shahabat Rasulullah SAW ini masuk Islam pada tahun kedelapan hijriyah dan telah terjun dalam puluhan peperangan.
Para sejarawan mencatat, dia tidak
pernah kalah dalam satu peperanganpun baik pada saat jahiliyah atau
setelah masuk Islam, dia berkata tentang dirinya: Sungguh dengan
tanganku ini telah terpotong sembilan pedang pada saat peperangan Mu’tah
sehingga tidak tertinggal di tanganku kecuali sebuah pedang yang
berasal dari Yaman”. Hal ini membuktikan tentang keberaniannya yang
brilian dan kekuatan besar yang telah dianugrahkan baginya oleh Allah
pada jasadnya. Dan beliau adalah komando pasukan kaum muslimin pada
perang yang masyhur yaitu perang Yamamah dan Yarmuk, dan beliau telah
melintasi perbatasan negeri Iraq menuju ke Syam dalam lima malam bersama
para tentara yang mengikutinya. Inilah salah satu keajaiban komandan
perang ini. Nabi saw telah menggelarinya dengan sebutan pedang Allah
yang terhunus, dan beliau memberitahkan bahwa dia adalah salah satu
pedang Allah terhadap orang-orang musyrik dan kaum munafiq.
Dia adalah seorang kesatria, Khalid bin
Walid bin Al-Mugiroh Al- Qurosy Al-Makhzumy Al-Makky, anak saudari ummul
mukminin Maimunah binti Al-Harits ra, dia seorang lelaki yang kekar,
berpundak lebar, bertubuh kuat, sangat menyerupai Umar bin Al-Khattab
ra. Shahabat memilki sikap kepahlawanan besar yang mencerminkan dirinya
sebagai seorang pemberani dalam membela agama ini, di antara cerita
tentang kepahlwanan beliau adalah apa yang terjadi pada perang Mu’tah,
pada tahun ke delapan hijriyah, pada tahun dia memeluk Islam.
Jumlah tentara kaum muslimin pada saat
itu sekitar tiga ribu personil sementara bangsa Romawi memilki dua ratus
ribu personil, melihat tidak adanya keseimbangan jumlah tentara kaum
muslimin di banding musuh mereka, terkuaklah sikap kesatria dan
kepahlawanan kaum muslimin pada peperangan ini.
Nabi saw telah memerintahkan agar
pasukan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, dan jika dia terbunuh maka
kepeminpinan berpindah kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika terbunuh
maka kepeminpinan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Semua peminpin
di atas mati syahid pada peperangan ini, lalu bendera diambil alih oleh
Tsabit bin Aqrom, dan dia berkata kepada kaum muslimin : Pilihlah
seorang lelaki sebagai pemimpin kalian, maka mereka memilih Khalid bin
Walid, maka pada peristiwa inilah tampak jelas keberanian dan
kejeniusannya.
Dia kembali mengatur para pasukan, maka
dia merubah strategi dengan menjadikan pasukan sayap kanan berpindah ke
sayap kiri dan sebalikanya pasukan sayap kiri berpindah ke sebelah
kanan, kemudian sebagian pasukan diposisikan agak mundur, setelah
beberapa saat mereka dating sekan pasukan batuan yang baru datang, hal
ini guna melemahkan semangat berperang musuh kemudian kesatuan tentara
kaum muslimin terlihat menjadi besar atas pasukan kaum Romawi sehingga
menyebabkan mereka mundur dan semangat mereka melemah.
Dia telah memperlihatkan berbagai macam
bentuk keberanian dan kepahlawanan yang tidak bisa tandingi oleh
semangat para pahlawan. Selain itu, dengan keahliannya dan kecerdasannya
dia mulai mengarahkan pasukan kaum muslimin untuk mundur secara teratur
dengan cara yang unik, dan cukuplah dengan pukulan yang seperti itu,
dan beliau melihat agar pasukan kaum muslimin tidak terserang pada
sebuah peperangan yang tidak sebanding.
Qais bin Hazim berkata: Aku telah mendengar Khalid berkata : Berjihad telah menghalangiku mempelajari Al-Qur’anul Karim. Abu Zannad berkata : Pada Sa’ad Khlaid akan meninggal dunia dia menangis dan berkata :
“Aku telah mengikuti perang
ini dan perang ini bersama pasukan, dan tidak ada satu jengakalpun dari
bagian tubuhku kecuali padanya terdapat bekas pukulan pedang atau
lemparan panah atau tikaman tombak dan sekarang aku mati di atas
ranjangku terjelembab sebagaiamana matinya seekor unta. Janganlah mata
ini terpejam seperti mata para pengecut”.
Sungguh Khalid mengharapkan mati syahid dan semoga Allah menyampaikannya pada derjat yang dicita-citakannya.
KISAH MASUK ISLAMNYA KHALID BIN WALID
Dahulu sebelum masuk Islam Nama Khalid
bin Walid sangat termashur sebagai panglima Tentara Kaum Kafir Quraisy
yang tak terkalahkan. Baju kebesarannya berkancingkan emas dan mahkota
dikepalanya bertahtahkan berlian. Begitu gagah dan perkasanya Khalid
baik di Medan perang maupun ahli dalam menyusun strategi perang.
Pada waktu Perang UHUD melawan tentara Muslimin pimpinan Rasulullah SAW banyak Syuhada yang Syahid terbunuh ditangan Khalid bin Walid.
Setelah itu Khalid memerintahkan
pasukannya untuk kembali, sejak itu Khalid termenung terngiang selalu
akan kata kata Nabi Muhammad SAW dan penasaran akan sosok Beliau. Mak,a
Khalid mengutus mata-mata ( intel ) untuk memantau dan mengamati
aktivitas Muhammad SAW setelah perang UHUD tersebut.
Setelah cukup lama memata-matai
Rasulullah akhirnya utusan Khalid bin Walid melaporkan hasil pengamatan
tersebut, kata utusan tersebut :
”Aku mendengar semangat juang
yang dikemukakan muhammad kepada para pasukannya. Muhammad mengatakan
”, Aku heran kepada seorang panglima khalid bin Walid yang gagah perkasa
dan cerdas, tapi kenapa dia tidak paham dengan Agama Allah yang aku
bawa, sekiranya Khalid bin Walid tahu dan paham dengan Agama yang aku
bawa, dia akan berjuang bersamaku (Muhammad), Khalid akan aku jadikan
juru rundingku yang duduk bersanding di sampingku.”
Kata kata mutiara tersebut disampaikan mata-mata Khalid bin walid di Mekkah kepada panglimanya.
Mendengar laporan Intel
tersebut semakin membuat Risau Khalid bin Walid hingga akhirnya Khalid
memutuskan untuk bertemu Muhammad dengan menyamar dan menggunakan Topeng
menutup wajahnya hingga tidak di kenali oleh siapapapun.
Khalid berangkat seorang
diri dengan menunggang Kuda dan menggunakan baju kebesarnnya yang
berhias emas serta mahkota bertahta berlian namun wajahnya ditutupi
Topeng. Di tengah perjalanan Khalid bertemu dengan Bilal yang sedang
bedakwah kepada para petani.
Dengan Diam-diam Khalid mendengarkan dan menyimak apa yang di sampaikan oleh Bilal yang membacakan surat Al Hujarat ( Qs 49:13 ) yang artinya :
”Hai manusia
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling
mengenal dengan baik. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
di sisi Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa karena
sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha Mengenal”
Khalid terperangah bagaimana mungkin
Bilal R.A yang kuketahui sebagai Budak hitam dan buta huruf bisa
berbicara seindah dan sehebat itu tentu itu benar perkataan dan Firman
Allah. Namun gerak gerik mencurigakan Khalid bin walid di ketahui Ali
bin Abi Thalib R.A , dengan lantang Ali berkata :
”Hai penunggang Kuda Bukalah
topengmu agar aku bisa mengenalimu, bila niatmu baik aku akan layani
dengan baik dan bila niatmu buruk aku akan layani pula dengan buruk”
Setelah itu dibukalah Topeng tampaklah
wajah Khalid bin Walid seorang Panglima besar kaum Kafir Quraisy yang
berjaya diperang UHUD dengan tatapan mata yang penuh karismatik Khalid
berkata :
”Aku kemari punya niat baik untuk bertemu Muhammad dan menyatakan diriku masuk Islam” Kata Khalid bin Walid. Wajah Ali yang sempat tegang berubah menjadi berseri-seri ”Tunggulah kau di sini Khalid saya akan sampaikan berita gembira ini kepada Rasululluh SAW” Kata Ali bin Abi Thalib.
Bergegas Ali menemui Rasululluh SAW dan
menyampaikan maksud kedatangan Khalid bin Walid sang panglima perang.
Mendengar berita yang disampaikan Ali, wajah Rasulullah SAW berseri seri
lalu mengambil sorban hijau miliknya lalu dibentangkan di tanah sebagai
tanda penghormatan kepada Khalid bin Walid yang akan datang
menemuinya.
Lalu Rasululluh SAW menyuruh Ali menjemput Khalid untuk menemuinya. Begitu Khalid datang Beliau langsung memeluknya. ”Ya Rasulullah islam saya ” Kata
Khalid bin Walid. Lalu Rasulullah SAW mengajarkan kalimat Syahadat
kepada Khalid maka Khalid bin Walid telah memeluk agama Islam.
Begitu selesai membaca syahadat Khalid
bin walid menanggalkan Mahkotanya yang bertahtahkan intan diserahkan
kepada Rasululluh, begitu pula dengan bajunya yang berkancingkan emas di
serahkan juga. Namun begitu Khalid bin walid akan mencopot pedangnya
dan menyerahkannya kepada Rasulullah, Rasulullah melarangnya ”Jangan kau lepaskan pedang itu Khalid, karena dengan pedang itu nanti kamu akan berjuang membela agama Allah bersamaku ” Kata
Rasulullah SAW . dan Nabi memberi gelar pedang tersebut dengan nama
“Syaifulloh yang artinya “Pedang Allah yang terhunus. Setelah
bergabungnya Khalid bin Walid kedalam Islam, bertambah kuatlah pasukan
Muslim hingga bisa menaklukan kota Mekkah dan Pasukan Kafir Quraiys
secara drastis melemah bagaikan ayam kehilangan induknya.
KHALID BIN WALID PANGLIMA PERANG, SI PEDANG ALLAH
Pribadi yang mengaku tidak tahu
dimana dan dari mana kehidupannya bermula, kecuali di suatu hari dimana
ia berjabat tangan dengan Rasulullah SAW, berikrar dan bersumpah
setia….saat itulah dia merasa dilahirkan kembali sebagai manusia “Dialah
orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Suatu saat Khalid bin Walid pernah menceritakan perjalanannya dari Mekah menuju Madinah kepada Rasulullah:
Aku menginginkan seorang teman
seperjalanan, lalu kujumpai Utsman bin Thalhah ; kuceritakan kepadanya
apa maksudku, ia pun segera menyetujuinya. Kami keluar dari kota Mekah
sekitar dini hari, di luar kota kami berjumpa dengan Amr bin Ash. Maka
berangkatlah kami bertiga menuju kota Madinah, sehingga kami sampai di
kota itu di awal hari bulan Safar tahun yang ke delapan Hijriyah.
Setelah dekat dengan Rasulullah SAW kami memberi salam kenabiannya, Nabi
pun membalas salamku dengan muka yang cerah. Sejak itulah aku masuk
Islam dan mengucapkan syahadat yang haq…”
Rasulullah bersabda, “Sungguh
aku telah mengetahui bahwa anda mempunyai akal sehat, dan aku berharap,
akal sehat itu hanya akan menuntun anda kejalan yang baik…”. Oleh karena itulah, aku berjanji setia dan bai’at kepada beliau, lalu aku Mohon “Mohon Rasulullah mintakan ampun untukku terhadap semua tindakan masa laluku yang menghalangi jalan Allah…”
Dalam Perang MUKTAH, ada tiga orang Syuhada Pahlawan, mereka adalah Zaid Bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah, mereka bertiga adalah Syuhada Pahlawan si Pedang Allah di Tanah Syria. Untuk keperluan perang Muktah ini, pasukan musuh, Pasukan Romawi mengerahkan sekitar 200.000 prajurit.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Panji
perang di tangan Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersama panjinya
sampai ia syuhada. Kemudian panji tersebut diambil alih oleh Ja’far,
yang juga bertempur bersama panjinya sampai ia gugur sebagai syahid.
Kemudian giliran Abdullah bin Rawahah memegang panji tersebut sambil
bertempur maju, hingga ia juga gugur sebagai Syahid.” Kemudian panji itu
diambil alih oleh suatu Pedang dari pedang Allah, lalu Allah membukakan
kemenangan di tangannya.”
Sesudah Panglima yang ketiga gugur menemui syahidnya, dengan cepat Tsabit bin Arqam menuju
bendera perang tersebut, lalu membawanya dengan tangan kanannya dan
mengangkatnya tinggi-tinggi di tengah-tengah pasukan Islam agar barisan
mereka tidak kacau balau, dan semangat pasukan tetap tinggi…
Tak lama sesudah itu, dengan gesit ia melarikan kudanya ke arah Khalid bin Walid, sambil berkata kepadanya, “Peganglah panji ini, wahai Abu Sulaiman…!”
Khalid merasa dirinya sebagai seorang
yang baru masuk Islam, tidak layak memimpin pasukan yang di dalamnya
terdapat orang-orang Anshor dan Muhajirin yang terlebih dahulu masuk
Islam daripadanya, Sopan, Rendah hati, arif bijaksana, itulah sikapnya.
Ketika itu ia menjawab, “Tidak….. jangan saya yang memegang
panji suci ini, engkaulah yang paling berhak memegangnya, engkau lebih
tua, dan telah menyertai perang Badar!” Tsabit menjawab,“Ambillah,
sebab engkau lebih tahu siasat perang daripadaku, dan demi Allah aku
tidak akan mengambilnya, kecuali untuk diserahkan kepadamu!” kemudian ia berseru kepada semua pasukan muslim, Bersediakah kalian di bawah pimpinan Khalid?” mereka menjawab, “Setuju!!!”
Dengan gesit panglima baru ini melompati
kudanya, di dekapnya panji suci itu dan mencondongkannya kearah depan
dengan tangan kanannya, seakan hendak memecahkan semua pintu yang
terkunci itu, dan sudah tiba saatnya untuk di dobrak dan diterjang.
Sejak saat itulah, kepahlawanannya yang luar biasa, terkuak dan mencapai
titik puncak yang telah ditentukan oleh Allah baginya…
Saat perang Muktah inilah korban
di pihak kaum muslimin banyak berjatuhan, dengan tubuh-tubuh mereka
berlumuran darah, sedang balatentara Romawi dengan jumlah yang jauh
lebih besar, terus maju laksana banjir yang terus menyapu medan tempur.
Dalam situasi yang sangat sulit itu, tak
ada jalan dan taktik perang yang bagaimanapun, akan mampu merubah
keadaan. Satu-satunya jalan yang dapat dilakukan oleh seorang Komandan
perang, ialah bagaimana melepaskan tentara Islam ini dari kemusnahan
total, dengan mencegah jatuhnya korban yang terus berjatuhan, serta
berusaha keluar dari keadaan itu dengan sisa-sisa yang ada dengan
selamat
Pada saat yang genting itu, tampillah Khalid bin Walid, si Pedang Allah,
yang menyorot seluruh medan tempur yang luas itu, dengan kedua matanya
yang tajam. Diaturnya rencana dan langkah yang akan diambil secepat
kilat, kemudian membagi pasukannya kedalam kelompok-kelompok besar
dalam suasana perang berkecamuk terus. Setiap kelompok diberinya tugas
sasaran masing-masing, lalu dipergunakanlah seni Yudhanya yang membawa
berkah, dengan kecerdikan akalnya yang luar biasa, sehingga akhirnya ia
berhasil membuka jalur luas diantara pasukan Romawi. Dari jalur itulah
seluruh pasukan Muslim menerobos dengan selamat. Karena prestasinya
dalam perang inilah Rasulullah menganugrahkan gelar kepada Khalid bin
Walid, “Si Pedang Allah yang senantiasa terhunus”.
Sepeninggal Rasulullah, wafat, Abu Bakar
memikul tanggung jawab sebagai Khalifah. Dia menghadapi tantangan yang
sangat besar dan berbahaya, yaitu gelombang kemurtadan yang hendak
menghancurkan agama yang baru berkembang ini. Berita-berita tentang
pembangkangan kaum-kaum dan suku-suku Di Jazirah Arab ini, dari waktu ke
waktu semakin membahayakan. Dalam keadaan genting seperti ini, Abu
Bakar sendiri maju untuk memimpin pasukan Islam. Tetapi para sahabat
utama tidak sepakat dengan tindakan Abu Bakar ini. Semuanya sepakat
untuk meminta Khalifah agar tetap tinggal di Madinah.
Ali R.A terpaksa menghadang Abu Bakar
dan memegang tali kekang kuda yang sedang di tungganginya untuk mencegah
keberangkatannya bersama pasukannya menuju medan perang, sembari
berkata, “Hendak kemana Engkau wahai Khalifah Rasulullah,
akan kukatakan kepadamu apa yang pernah dikatakan Rasulullah di hari
Uhud: “Simpanlah pedangmu wahai Abu Bakar, jangan engkau cemaskan kami
dengan dirimu!”
Di hadapan desakan dan suara bulat kaum
muslimin, Khalifah terpaksa menerima untuk tetap tinggal di kota
Madinah. Maka setelah itu, dibagilah tentara Islam menjadi sebelas
kesatuan, dengan beban tugas tertentu. Sedang sebagai kepala dari
keseluruhan pasukan tersebut, diangkatlah Khalid bin Walid. Dan setelah
menyerahkan bendera kepada masing-masing komandannya, Khalifah
mengarahkan pandangan kepada Khalid bin Walid, sambil berkata: ”Aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda, bahwa sebaik-baik hamba Allah dan
kawan sepergaulan, ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang diantara
pedang Allah yang ditebaskan kepada orang-orang kafir dan munafik…!”
Khalid pun segera melaksanakan tugasnya
dengan berpindah-pindah dari suatu tempat medan tempur ke pertempuran
yang lain, dari suatu kemenangan ke kemenangan berikutnya.
Datanglah perintah dari Khalifah Abu
Bakar, kepada Panglima yang tak tertandingi ini, agar berangkat menuju
Yamamah untuk memerangi Bani Hanifah bersama kabilah-kabilah yang telah
bergabung dengan mereka yang terdiri dari gabungan aneka ragam tentara
murtad yang paling berbahaya. Pasukan ini di pimpin oleh Musalimah
al-Kadzdzab..
Khalid bersama pasukannya mengambil
posisi di dataran bukit-bukit pasir Yamamah, dan menyerahkan bendera
perang kepada komandan-komandan pasukannya, sementara Musailamah
menghadapinya dengan segala kecongkakan dan kedurhakaan bersama dengan
pasukan tentaranya yang sangat banyak, seakan-akan tak akan
habis-habisnya.
Di tengah pertempuran yang berkecamuk
amat dahsyat ini, Khalid melihat keunggulan musuh, ia lalu memacu
kudanya ke suatu tempat tinggi yang terdekat, lalu ia melayangkan
pandangannya ke seluruh medan tempur. Pandangan cepat yang diliputi
ketajaman dan naluri perangnya, dengan cepat ia dapat mengetahui dan
menyimpulkan titik kelemahan pasukannya.
Ia dapat merasakan, ada rasa tanggung
jawab yang mulai melemah di kalangan parajuritnya di tengah
serbuan-serbuan mendadak pasukan Musailamah. Maka diputuskanlah secepat
kilat untuk memperkuat semangat tempur dan tanggung jawab pasukan
muslimin itu. Di panggilnya komandan-komandan teras dan sayap,
ditertibkannya posisi masing-masing di medan tempur, kemudian ia
berteriak dengan suaranya yang mengesankan kemenangan :
“Tunjukkanlah kelebihanmu masing-masing…, akan kita lihat hari ini jasa setiap suku!”
Orang-orang Muhajirin maju dengan
panji-panji perang mereka, dan orang-orang Anshar pun maju dengan
panji-panji perang mereka, kemudian setiap kelompok suku dengan
panji-panji tersendiri. Semangat juang pasukannya jadi bergelora lebih
panas membakar, yang dipenuhi dengan kebulatan tekad, menang atau mati syahid.
Sedangkan Khalid terus menggemakan Takbir dan Tahlil, sambil memberikan
komando kepada para komandan lapangannya. Dalam waktu singkat,
berubahlah arah pertempuran, prajurit-prajurit pimpinan Musailamah mulai
berguguran, laksana nyamuk yang meggelepar berjatuhan.
Khalid bin Walid berhasil menyalakan
semangat keberaniannya seperti sengatan aliran listrik kepada setiap
parajuritnya, itulah salah satu keistimewaannya dari sekian banyak
keunggulannya. Musailamah tewas bersama para prajuritnya, bergelimpangan
memenuhi seluruh area medan pertempuran, dan terkuburlah selama-lamanya
bendera yang menyerukan kebohongan dan kepalsuan.
Selanjutnya, Khalifah Abu Bakar
memerintahkan Khalid bin Walid untuk berangkat menuju Irak, maka
berangkatlah sang Mujahid ini ke Irak. Ia memulai operasi meliternya di
Irak dengan mengirim surat ke seluruh Pembesar Kisra (Kaisar Persia) dan
Gubernur-Gubernurnya di semua wilayah Irak.
“Dengan Nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid Ibnu Walid kepada para
pembesar Persi. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk.
Kemudian segala puji kepunyaan Allah yang telah memporak porandakan kaki
tangan kalian, dan merenggut kerajaan kalian, serta melemahkan tipu
daya kalian. Siapa yang shalat seperti shalat kami, dan menghadap kiblat
kami, jadilah ia seorang muslim. Ia akan mendaptkan hak seperti hak
yang kami dapatkan, dan ia berkewajiban seperti kewajiban kami. Bila
telah sampai kepada kalian surat ini, maka hendaklah kalian kirimkan
kepadaku jaminan, dan terimalah dariku perlindungan jika tidak, maka
demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, akan kukirimkan kepada kalian
satu kaum berani mati, padahal kalian masih sangat mencintai hidup…!”
Para mata-mata yang disebarkannya ke
seluruh penjuru Persia datang menyampaikan berita tentang keberangkatan
pasukan bala tentara yang sangat besar yang dipersiapkan oleh
panglima-panglima Persia di Irak.
Khalid tidak membuang-buang waktu,
dengan cepat ia memersiapkan pasukannya untuk menghadapi pasukan Persia
tersebut. Dalam perjalanan menuju Persia ini ia berhasil memperoleh
kemenangan-kemenangan, mulai dari Ubullah, As-Sadir, di susul Najaf,
lalu Al-Hirah, Al-Ambar, sampai Khadimiah. Di setiap tempat yang
berhasil ia taklukkan ia disambut wajah berseri penduduknya, karena di
bawah bendera Islam, mereka orang-orang yang lemah yang tertindas
penjajah Persia, dapat berlindung dengan aman.
Rakyat yang terjajah dan lemah selama
ini banyak mengalami derita perbudakan dan penyiksaan dari orang Persia.
Khalid selalu berpesan dengan peringatan keras, kepada seluruh
pasukannya setiap kali akan berangkat ke medan tempur :
“Jangan kalian sakiti para petani,
biarkanlah mereka bekerja dengan aman, kecuali bila ada yang hendak
menyerang kalian, perangilah orang-orang yang memerangi kalian…”.
Keadaan Romawi sebelum Peperangan
Ketika pasukan Islam bergerak menuju
Syam, tentara Romawi merasa terkejut dan sangat takut. Dengan
serta-merta mereka mengirimkan surat yang memberitahukan akan hal
tersebut kepada Heraklius, raja Romawi yang berada di Himsh (sekarang
dikenal dengan Homs –red). Dia pun melayangkan surat balasan yang
berbunyi, ”Celaka kalian! Sesungguhnya mereka adalah pemeluk agama baru.
Tidak ada yang bisa mengalahkan mereka. Patuhilah aku, dan berdamailah
dengan menyerahkan setengah penghasilan bumi Syam! Bukankah kalian masih
memiliki pegunungan Romawi?! Jika kalian tidak mematuhi perintahku,
niscaya mereka akan merampas negeri Syam dan akan memojokkan kalian
hingga terjepit di pegunungan Romawi.”
Tatkala telah mendapatkan surat balasan
seperti ini, mereka (tentara Romawi) tidak mau menerima saran tersebut.
Akhirnya, mau tidak mau Raja Heraklius mengirim pasukan dalam jumlah
yang besar. Pasukan Romawi mulai bergerak, dan berhenti di lembah
Al-Waqusah, di samping sungai Yarmuk yang berdataran rendah dan memiliki
banyak jurang.
Kedatangan Khalid bin Al-Walid dari ‘Iraq
Pasukan Islam yang berada di Syam segera
meminta bantuan. Maka Abu Bakr Ash-Shiddiq memerintahkan Khalid bin
Al-Walid agar menarik diri dari ’Iraq untuk kemudian menuju Syam
bersama bala tentaranya. Dengan segera Khalid menunjuk Al-Mutsanna bin
Haritsah v sebagai penggantinya di ’Iraq. Kemudian beliau bergerak
cepat dengan membawa 9.500 personel pasukan menuju Syam. Mereka melalui
jalan-jalan yang tidak pernah dilalui seorang pun sebelumnya, dengan
menyeberangi padang pasir, mendaki gunung, serta melewati lembah-lembah
yang sangat gersang.
Persiapan Pasukan Islam
Abu Sufyan mengusulkan, layaknya ahli
strategi perang, agar pasukan dibagi menjadi tiga formasi. Sepertiga
bersiap-siap di depan pasukan Romawi, sepertiga lainnya yang terdiri
dari bagian perbekalan dan para wanita agar berjalan, dan sepertiga yang
tersisa dipimpin oleh Khalid di posisi belakang. Jika musuh telah
mencapai perkemahan wanita dan perbekalan, Khalid akan berpindah ke
depan kaum wanita, sehingga mereka dapat menyelamatkan diri di belakang
pasukan Khalid bin Al-Walid .
Maka mereka pun segera merealisasikan
usulan itu. Pasukan Islam mulai berkumpul dan berhadapan dengan musuh
pada awal bulan Jumadil Akhir tahun 13 H.
Strategi Pasukan Islam
Pasukan Islam kala itu jumlahnya
berkisar antara 36 ribu sampai dengan 40 ribu personel tentara.
Didalamnya terdapat seribu orang shahabat Nabi . Seratus orang dari
mereka adalah para veteran perang Badar. Abu ’Ubaidah ibnul Jarrah
(namanya Hanzholah bin Ath-Thufail) memimpin posisi tengah pasukan.
’Amru bin Al-’Ash dan Syarahbil bin Hasanah memimpin sayap kanan
pasukan. Sedangkan pemimpin sayap kiri pasukan adalah Yazid bin Abi
Sufyan (dia dikenal dengan sebutan Yazid Al-Khoir).
Khalid membawa kudanya ke arah Abu
’Ubaidah dan berkata, ”Aku akan memberikan usul.” Abu ’Ubaidah
menjawab, ”Katakanlah, aku akan mendengar dan mematuhinya.” Khalid
kembali berkata, ”Musuh pasti menyiapkan pasukan besar untuk membobol
pertahanan pasukan kita. Aku khawatir pertahanan sayap kiri dan kanan
akan kebobolan. Menurutku, pasukan berkuda harus dibagi menjadi dua
kelompok. Satu pasukan ditempatkan di belakang sayap kanan, dan yang
lain ditempatkan di belakang sayap kiri. Apabila musuh berhasil menembus
pertahanan sayap kiri atau kanan, para pasukan berkuda berperan
membantu mereka. Lalu kita datang menyerbu dari belakang.” Abu ’Ubaidah
berkomentar, ”Alangkah jitu usulmu itu!”
Khalid bin Al-Walid pun memerintahkan
agar Abu ’Ubaidah ibnul Jarrah pindah ke posisi belakang. Hal ini agar
jika ada tentara Islam berlari mundur, ia akan malu saat melihatnya
kemudian kembali ke kancah pertempuran. Kemudian Khalid
menginstruksikan agar para wanita bersiap-siap dengan pedang, pisau
belati, dan tongkat. Khalid berkata,
”Siapa saja yang kalian jumpai melarikan diri dari medan pertempuran, bunuh dia!”
STRATEGI PASUKAN ROMAWI
Setelah menerima bantuan personel dari
pusat, pasukan Romawi maju dengan kesombongan membawa 240 ribu personel.
80 ribu pasukan pejalan kaki, 80 ribu pasukan berkuda, dan 80 ribu
pasukan yang diikat dengan rantai besi (setiap sepuluh tentara diikat
menjadi satu agar tidak lari dari peperangan).
Mereka bergerak hingga menutupi seluruh
tempat yang ada seakan-akan mereka adalah awan hitam. Mereka
berteriak-teriak, mengangkat suara tinggi-tinggi, sementara para
pendeta, uskup, maupun pihak gereja mengelilingi pasukan membacakan
Injil sambil memotivasi mereka agar gigih dalam berperang.
Pasukan lini depan dipimpin oleh Jarajah
(George), sayap kiri dan kanan dipimpin oleh Mahan dan Ad-Daraqus.
Pasukan penyerang dipimpin oleh Al-Qolqolan, menantu Heraklius. Adapun
pimpinan tertinggi pasukan ini adalah saudara kandung Heraklius yang
bernama Tadzariq.
Perundingan sebelum meletusnya Pertempuran
Abu ’Ubaidah dan Yazid bin Abi Sufyan
maju ke arah pasukan Romawi dengan membawa Dhirar bin Al-Azur, Al-Harits
bin Hisyam dan Abu Jandal bin Suhail untuk bertemu dengan Tadzariq
yang tengah duduk di dalam tenda yang terbuat dari sutera.
Para shahabat berkata, ”Kami tidak
dihalalkan memasuki tenda ini.” Maka dibentangkanlah karpet dari sutera
dan mereka dipersilahkan untuk duduk di atasnya. Para shahabat berkata,
”Kami tidak diperbolehkan duduk di atasnya.” Akhirnya Tadzariq duduk di
tempat yang mereka inginkan. Para shahabat mendakwahinya agar masuk
Islam, namun perundingan ini berakhir tanpa hasil. Akhinya mereka pun
kembali ke barisan pasukan. Pemimpin sayap kiri Romawi yang bernama
Mahan ingin bertemu dengan Khalid bin Al-Walid di antara dua pasukan
yang saling berhadapan. Mahan berkata, ”Kami mengetahui bahwa kemiskinan
dan kelaparanlah yang mengeluarkan kalian dari negeri kalian. Maukah
kalian jika aku beri sepuluh dinar untuk setiap tentara beserta makanan
dan pakaian, lalu kalian pulang ke negeri kalian? Dan pada tahun depan
aku akan memberikan jatah yang serupa?”
Khalid bin Al-Walid menjawab, ”Sesungguhnya,
bukanlah yang mengeluarkan kami dari negeri kami apa yang engkau
sebutkan tadi. Tetapi sebenarnya kami adalah sekelompok manusia peminum
darah. Dan telah sampai berita kepada kami bahwa tidak ada darah yang
lebih segar daripada darah kalian, bangsa Romawi. Untuk itulah kami
datang kesini!” Mendengar jawaban itu para sahabat Mahan berucap, ”Demi Allah, ucapan tersebut baru pertama kali kita dengar dari bangsa ’Arab.”
JALANNYA PERTEMPURAN
Pasukan Romawi pada perang ini keluar
dalam jumlah besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Khalid juga
membawa pasukan besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
’Arab. Tatkala persiapan sudah matang, Khalid memerintahkan untuk
memulai dengan perang tanding. Mulailah para jagoan Islam di tiap
pasukan maju hingga membuat suasana memanas. Sementara Khalid berdiri
menyaksikan laga tersebut.
Ditengah suasana yang sudah memanas,
pemimpin pasukan lini depan Romawi yang bernama Jarajah ingin bertemu
dengan Khalid di tengah dua pasukan. Ia bertanya mengenai agama Islam,
maka Khalid memberitahukan dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Akhirnya, Jarajah masuk Islam, membalikkan sisi perisainya dan masuk ke
dalam barisan pasukan Islam.
Melihat pembelotan Jarajah, pasukan
Romawi menyerbu ke barisan kaum muslimin. Mahan memerintahkan pasukan
sayap kanan menyerang menerobos pertahanan sayap kanan pasukan Islam.
Kaum muslimin tetap tegar berjuang di bawah panji-panji mereka, hingga
berhasil membendung serangan musuh.
Setelah itu, pasukan besar Romawi datang
lagi bak gunung besar yang berhasil memporak-porandakan pasukan sayap
kanan, hingga pasukan Islam beralih ke tengah. Tak lama kemudian, mereka
saling memanggil agar kembali ke medan laga hingga berhasil memukul
mundur kembali. Adapun para wanita, tatkala melihat ada tentara Islam
yang lari mundur, mereka segera memukulinya dengan kayu, atau
melemparinya dengan batu sehingga tentara tersebut kembali ke kancah
peperangan.
Kemudian Khalid beserta pasukannya yang
berada di sayap kiri menerobos ke sayap kanan yang kebobolan diserang
musuh, hingga berhasil membunuh enam ribu tentara Romawi. Lalu Khalid
membawa seratus pasukan berkuda menghadapi seratus ribu tentara Romawi
hingga berhasil meluluhlantakkan pasukan musuh.
Pada hari itu, begitu terlihat
kegigihan, kesabaran, dan kepahlawanan tentara-tentara Islam hingga
pasukan Romawi berputar-putar seperti penumbuk gandum. Mereka tidak
melihat, pada perang itu, melainkan kepala-kepala yang berterbangan,
tangan-tangan maupun jari-jari yang terpotong, serta semburan darah yang
membasahi medan laga.
Ketika itulah, seluruh pasukan Islam
menyerbu dengan serentak, untuk kemudian dengan leluasa menghabisi musuh
tanpa ada perlawanan sedikit pun. Jarajah pun akhirnya terluka parah
dan meninggal dunia. Padahal beliau belum pernah shalat sekalipun,
kecuali dua raka’at yang dikerjakan (diajarkan) oleh Khalid ketika
baru/awal masuk Islam.
Peperangan ini berawal dari siang hingga
malam, sampai kemenangan diraih oleh Islam dan kaum muslimin. Malam
itu, pasukan Romawi berlari dalam kegelapan. Adapun pasukan Romawi yang
diikat rantai besi, jika salah seorang dari mereka terjatuh, maka
terjatuhlah seluruhnya. Malam itu, Khalid bermalam di kemah Tadzariq,
pimpinan tertinggi pasukan Romawi.
Pasukan berkuda berkumpul di sekitar
kemah Khalid menunggu tentara Romawi yang lewat untuk dibunuh hingga
waktu pagi tiba. Tadzariq pun terbunuh. Telah terbunuh pada hari itu
120.000 lebih pasukan Romawi. Adapun tentara Islam yang gugur di medan
perang sebanyak tiga ribu pasukan. Kaum muslimin mendapat harta pampasan
yang begitu banyak pada perang ini.
Demikianlah, kejayaan yang diraih oleh
umat Islam tatkala mereka kokoh diatas kemurnian ibadah kepada Allah
dan berpegang teguh kepada sunnah (ajaran) Rasul-Nya . Sebagaimana
firman Allah (yang artinya):
”Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal sholih
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,
dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)
PERANG YARMUK – TAKLUKNYA KERAJAAN ROMAWI DIBAWAH PASUKAN ISLAM
Dalam sejarah perjuangan kaum muslimin
menegakkan dan membela al haq (kebenaran), berjihad di jalan Allah, kita
akan dapat menemukan kisah teladan mengenai itsar, sejarah yang begitu
indah untuk dipelajari, merupakan suatu kenikmatan tersendiri jika
diamalkan.
Ketika terjadi perang Yarmuk, perang
yang terjadi antara kaum muslimin melawan pasukan Romawi (Bizantium),
negara super power saat itu, tahun 13 H/ 634 M.
Pasukan Romawi dengan peralatan perang
yang lengkap dan memiliki tentara yang sangat banyak jumlahnya
dibandingkan pasukan kaum muslimin. Pasukan Romawi berjumlah sekitar
240.000 orang dan pasukan kaum muslimin berjumlah 45.000 orang menurut
sumber islam atau 100.000–400.000 untuk pasukan romawi dan 24.000-40.000
pasukan muslim menurut sumber wikipedia
Dalam perang Yarmuk, pasukan Romawi
memiliki tentara yang banyak, pengalaman perang yang mumpuni, peralatan
perang yang lengkap, logistik lebih dari cukup, dapat dikalahkan oleh
pasukan kaum muslimin, dengan izin Allah.
Ini adalah bukti yang nyata bahwa sesungguhnya kemenangan itu bersumber dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertempuran ini, oleh beberapa
sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam
sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang besar pertama penaklukan
Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan
Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen.
PENGANGKATAN KHALID BIN WALID
Entah apa yang ada di benak Khalid bin
Walid ketika Abu Bakar menunjuknya menjadi panglima pasukan sebanyak
46.000. Hanya dia dan Allah saja yang tahu kiranya. Khalid tak hentinya
beristigfar. Ia sama sekali tidak gentar dengan peperangan yang akan ia
hadapi. 240.000 tentara Bizantin. Ia hanya khawatir tidak bisa
mengendalikan hatinya karena pengangkatan itu. Kaum muslimin tengah
bersiap menyongsong Perang Yarmuk sebagai penegakan izzah Islam
berikutnya.
Hampir semua tentara muslim gembira
dengan penunjukkan itu. Selama ini memang Khalid bin Walid adalah
seorang pemimpin di lapangan yang tepat. Abu Bakar R.A pun tidak begitu
saja menunjuk pejuang yang berjuluk Pedang Allah itu. Sejak kecil,
Khalid dikenal sebagai seorang yang keras. Padahal ia dibesarkan dari
sebuah keluarga yang kaya. Sejak usia dini, ia menceburkan dirinya ke
dalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian
mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan
perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang
asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi
seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap
orang. Konon, hanya Khalid bin Walid seorang yang pernah
memorak-porandakan pasukan kaum muslimin, semasa ia masih belum memeluk
Islam.
STRATEGI PERANG KAUM MUSLIMIN
Khalid bin Walid sekarang memutar otak.
Bingung bukan buatan. Tentara Bizantin Romawi berkali-kali lipat
banyaknya dengan jumlah pasukan kaum muslimin. Ditambah, pasukan Islam
yang dipimpinya tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan
rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang
bersenjatakan lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Dan
mereka akan berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara Romawi yan hebat itu
berkekuatan lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap, diantaranya
80.000 orang diikat dengan rantai untuk mencegah kemungkinan mundurnya
mereka. Tentara Muslim seluruhnya berjumlah 45.000 orang itu, sesuai
dengan strategi Khalid, dipecah menjadi 40 kontingen untuk memberi kesan
seolah-olah mereka lebih besar daripada musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh.
Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab Utara dan
selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian, depan,
belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraclus sebagai ketua tentara Romawi
telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini
dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan. Romawi juga
menggunakan taktik dan strategi tetsudo (kura-kura). Jenis tentara Rom
dikenal sebagai ‘legions’, yang satu bagiannya terdapat 3000-6000 laskar
berjalan kaki dan 100-200 laskar berkuda. Ditambah dengan dan ‘tentara
bergajah’. Kegigihan Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya
membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan
muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur
tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
JALANNYA PEPERANGAN
Panglima Romawi, Gregorius Theodore
-orang-orang Arab menyebutnya “Jirri Tudur”– ingin menghindari jatuhnya
banyak korban. Ia menantang Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua
orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia
ganti mengambil pedang besar. Ketika berancang-ancang perang lagi,
Gregorius bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang serta
tentang Islam.
Mendengar jawaban Khalid, di hadapan
ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk
Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas, sempat menunaikan salat dua
rakaat, lalu bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di tangan
bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam mencatat kemenangan besar
di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di sana. Di antaranya
adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.
Pada perang Yarmuk, Az-Zubair bertarung
dengan pasukan Romawi, namun pada saat tentara muslim bercerai berai,
beliau berteriak : “Allahu Akbar” kemudian
beliau menerobos ke tengah pasukan musuh sambil mengibaskan pedangnya ke
kiri dan ke kanan, anaknya Urwah pernah berkata tentangnya : “Az-Zubair
memiliki tiga kali pukulan dengan pedangnya, saya pernah memasukkan
jari saya didalamnya, dua diantaranya saat perang badar, dan satunya
lagi saat perang Yarmuk.
Salah seorang sahabatnya pernah
bercerita : “Saya pernah bersama Az-Zubair bin Al-’Awwam dalam hidupnya
dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata kepadanya :
demi Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti tubuhmu,
dia berkata kepada saya : Demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini
kecuali ikut berperang bersama Rasulullah SAW dan dijalan Allah. Dan
diceritakan tentangnya : Sesungguhnya tidak ada gubernur/pemimpin,
penjaga dan keluar sesuatu apapun kecuali dalam mengikuti perang bersama
Nabi saw, atau Abu Bakar, Umar atau Utsman.
Hari ke-4, Hari Hilangnya Mata
Peristiwa ini terjadi pada hari keempat
perang Yarmuk, dimana dari sumber ini dikabarkan 700 orang dari pasukan
Muslim kehilangan matanya karena hujan panah dari tentara Romawi. Dan
hari itu merupakan hari peperangan terburuk bagi pasukan Muslimin.
Hari ke-6, Terbunuhnya Gregory, Komandan Pasukan Romawi
Hari keenam dari perang Yarmuk fajar
benderang dan jernih. Itu adalah minggu ke empat Agustus 636 (minggu
ketiga Rajab, 15 H). Kesunyian pagi hari tidak menunjukkan pertanda akan
bencana yang akan terjadi berikutnya. Pasukan muslim saat itu merasa
lebih segar, dan mengetahui niat komandan mereka untuk menyerang dan
sesuatu di dalam rencananya, tak sabar untuk segera berperang.
Harapan-harapan pada hari itu menenggelamkan semua kenangan buruk pada
’Hari Hilangnya Mata’. Di hadapan mereka berbaris pasukan Romawi yang
gelisah – tidak terlalu berharap namun tetap berkeinginan untuk melawan
dalam diri mereka.
Seiring dengan naiknya matahari di
langit yang masih samar di Jabalud Druz, Gregory, komandan pasukan yang
dirantai, mengendarai kudanya maju ke depan di tengah-tengah pasukan
Romawi. Dia datang dengan misi untuk membunuh komandan pasukan Muslimin
dengan harapan hal itu akan memberikan efek menyurutkan semangat
pimpinan kesatuan dan barisan kaum Muslimin. Ketika ia mendekati ke
tengah-tengah pasukan Muslimin, dia berteriak menantang (untuk berduel)
dan berkata, ”Tidak seorang pun kecuali Komandan bangsa Arab!
Abu Ubaidah seketika bersiap-siap untuk
menghadapinya. Khalid dan yang lainnya mencoba untuk menahannya, karena
Gregory memiliki reputasi sebagai lawan tanding sangat kuat, dan meang
terlihat seperti itu. Semuanya merasa bahwa akan lebih baik apabila
Khalid yang keluar menjawab tantangan itu, namum Abu Ubaidah tidak
bergeming. Ia berkata kepada Khalid, ”Jika aku tidak kembali, engkau
harus memimpin pasukan, sampai Khalifah memutuskan perkaranya.”
Kedua komandan berhadap-hadapan di atas
punggung kudanya masing-masing, mengeluarkan pedangnya dan mulai
berduel. Keduanya adalah pemain pedang yang tangguh dan memberikan
penonton pertunjukkan yang mendebarkan dari permainan pedang dengan
tebasan, tangkisan dan tikaman. Pasukan Romawi dan Muslim menahan nafas.
Kemudian setelah berperang beberapa menit, Gregory mundur dari
lawannya, membalikkan kudanya dan mulai menderapkan kudanya. Teriakan
kegembiraan terdengar dari pasukan Muslimin atas apa yang terlihat
sebagai kekalahan sang prajurit Romawi, namun tidak ada reaksi serupa
dari Abu Ubaidah. Dengan mata yang tetap tertuju pada prajurit Romawi
yang mundur itu, ia menghela kudanya maju mengikutinya.
Gregory belum beranjak beberapa ratus
langkah ketika Abu Ubaidah menyusulnya. Gregory, yang sengaja mengatur
langkah kudanya agar Abu Ubaidah menyusulnya, berbalik dengan cepat dan
mengangkat pedangnya untuk menyerang Abu Ubaidah. Kemundurannya dari
medan pertempuran adalah tipuan untuk membuat lawannya lengah. Namun Abu
Ubaidah bukanlah orang baru, dia lebih tahu mengenai permainan pedang
dari yang pernah dipelajari Gregory. Orang Romawi itu mengangkat
pedangnya, namun hanya sejauh itu yang dapat dilakukannya. Ia ditebas
tepat pada batang lehernya, dan pedangnya jatuh dari tangannya ketika
dia rubuh ke tanah. Untuk beberapa saat Abu Ubaidah duduk diam di atas
kudanya, takjub pada tubuh besar jendral Romawi tersebut. Kemudian
dengan meninggalkan perisai dan senjata yang berhiaskan permata orang
Romawi itu, yang diabaikannya karena kebiasaannya tidak memandang
berharga harta dunia, prajurit yang shalih itu kemudian kembali kepada
pasukan Muslimin.
Kehidupan Khalid bin Walid adalah perang
sejak lahir sampai matinya. Lingkungan, Pendidikan, pertumbuhan dan
seluruh hidupnya, sebelum dan sesudah Islam, seluruhnya merupakan arena
bagi seorang pahlawan Berkuda yang sangat lihai dan ditakuti
Pedangnya adalah alat yang sangat ampuh
sebagai penebus masa lalunya. Pedang yang berada dalam genggaman seorang
panglima berkuda seperti Khalid, dan tangan yang menggenggam pedang itu
digerakkan oleh hati yang bergelora serta di dorong oleh pembelaan yang
mutlak terhadap agama yang suci, sungguh amat sulit bagi pedang ini
untuk melepaskan diri sama sekali dari pembawaannya yang keras dan
dahsyat, dan ketajamannya yang memutus…….
Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Tak ada seorang wanita pun yang akan sanggup melahirkan lagi laki-laki seperti Khalid.” Ia adalah pribadi yang sering dilukiskan oleh para sahabat-sahabat maupun musuh-musuhnya, dengan: “Orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Suatu saat ia pernah berkata: “Tak
ada yang dapat menandingi kegembiraanku, bahkan lebih pada saat malam
pengantin, atau di saat dikaruniai Bayi, yaitu suatu malam yang sangat
genting, dimana aku dengan ekspedisi tentara bersama orang-orang
Muhajirin menggempur kaum musyrikin di waktu subuh.”
Ada sesuatu yang selalu merisaukan
pikirannya sewaktu masih hidup, yaitu kalau-kalau ia mati di atas tempat
tidur, padahal ia telah menghabiskan seluruh usianya di atas punggung
kuda perang dan dibawah kilat pedangnya.
Ketika itu ia berkata: “Aku
telah ikut serta berperang dalam pertempuran di mana-mana, seluruh
tubuhku penuh dengan tebasan pedang, tusukan tombak serta tancapan anak
panah…….kemudian inilah aku, tidak seperti yang aku inginkan, mati di
atas tempat tidur, laksana matinya seekor unta.”
Sebelum menghembuskan nafasnya yang
terakhir, ia berwasiat kepada Khalifah Umar, agar Khalifah mewakafkan
harta kekayaan yang ia tinggalkan, yang berupa Kuda dan Pedangnya.
Selebihnya tidak ada lagi barang berharga yang dapat dimiliki oleh
orang.
Seumur hidupnya ia tak pernah dipengaruhi oleh keinginan, kecuali menikmati kemenangan dan berjaya mengalahkan musuh kebenaran.
Tak satupun kesenangan duniawi yang
dapat mempengaruhi keinginan nafsunya, kecuali hanya satu, yaitu barang
yang dengan sangat hati-hati sekali dan mati-matian ia menjaganya.
Barang itu berupa Kopiah. Pernah suatu ketika, kopiah itu jatuh
dalam perang Yarmuk. Ia bersama beberapa pasukannya dengan susah payah
mencarinya. Ketika orang lain mencelanya karena itu, ia berkata, “Di
dalamnya terdapat beberapa helai rambut dari ubun-ubun Rasulullah saw”.
Di saat jenazahnya di usung beberapa
sahabat keluar dari rumahnya, sang ibu memandangnya dengan kedua mata
yang bercahaya memperlihatkan kekerasan hati tapi disaput awan duka
cita, lalu melepaskannya dengan kata-kata :
Jutaan orang tidak dapat melebihi keutamaanmu….
Mereka gagah perkasa tapi tunduk di ujung pedangmu…
Engkau pemberani melebihi Singa Betina…..
Yang sedang mengamuk melindungi anaknya……
Engkau lebih dahsyat dari air bah…..
Yang terjun dari celah bukit curam ke lembah……
Rahmat Allah bagi Abu Sulaiman,
Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada yang ada di dunia.
Ia hidup terpuji, dan berbahagia setelah mati…..